Berita

Tingkatkan kualitas SDM dan keterserapan lulusan, UMY gandeng NIIT dari India

Rendahnya tingkat kesiapan kerja para lulusan perguruan tinggi menjadi permasalahan tersendiri di dunia pendidikan Indonesia saat ini. Hal tersebut merupakan tantangan bagi perguruan tinggi untuk dapat meningkatkan kualitas SDM lulusan mereka. Institusi pendidikan tinggi  tidak  lagi  dinilai  berdasarkan berapa  jumlah  lulusan  yang  telah  dihasilkan,  akan  tetapi  dinilai  dari  berapa banyak lulusan yang dapat diserap oleh pasar kerja.

Hal tersebut disampaikan Abdul Wachid Maktub, Staf Ahli Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, dalam Seminar dan Workshop Graduates Employability Enhancement Program yang dihelat di Hyatt Hotel, Rabu (09/03). Acara ini diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang bekerja sama dengan National Institute of Information Technology (NIIT) dari India.

Abdul menjelaskan permasalahan dunia kerja Indoensia saat ini sangatlah kompleks. Selain rendahnya kualitas SDM, beberapa tantangan seperti kesempatan kerja yang terbatas, tingkat pengangguran yang tinggi, tidak adanya kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, serta persaingan global harus dicari solusinya segera.

Ia menambahkan, meskipun terlihat pertumbuhan ekonomi dua tahun terakhir ini semakin membaik dan meningkat dari 4,5% pada tahun 2009 menjadi  6,1 persen pada tahun 2010, dan di harapkanpertumbuhan ekonomi akan mencapai 6,4 persen pada tahun 2011 akan tetapi pertumbuhan ini belum sepenuhnya dapat menampung angkatan kerja baru dan para penganggur sehingga diperlukan usaha yang lebih serius untuk dapat menciptakan perluasan kesempatan kerja melalui peningkatan investasi.

“Kualitas SDM kita yang rendah tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia yang dilaporkan UNDP tahun 2010. Kita berada diposisi 108 dari 169 negara. Hal ini berdampak pada daya kompetensi tenaga kerja dalam memperoleh kesempatan kerja baik didalam maupun luar negeri,” terangnya.

Kualitas angkatan kerja yang relatif rendah tercermin dari tingkat pendidikan. Data BPS menunjukkan bahwa kurang lebih 48,63 % dari angkatan kerja Indonesia berpendidikan SD kebawah,  lulusan  pendidikan  menengah  sekitar  43,28%,  yang berpendidikan DI, DII, DIII sebesar 2,97%, dan lulusan Perguruan Tinggi sebesar 5,11%. Disamping itu,para lulusan perguruan tinggi dan Sekolah menengah kejuruanbelum sepenuhnya siap kerja, hal ini terlihat dari rata ratapengisian lowongan kerja sebesar 30 % pada setiap Job Fair.

Menurut Abdul, dalam menghadapi tantangan hal tersebut, peran perguruan tinggi dalam mempersiapkan lulusan yang berkualitas sangalah penting. Kunci pengembangan pendidikan dan pelatihan  harus didasarkan  pada perkembangan  ekonomi  dan  pasar  kerja.

“Ini merupakan tantangan bagi perguruan tinggi. Bukan hanya menciptakan lulusan berkualitas untuk mengisi lapangan kerja tapi juga menciptakan lapangan kerja” ungkapnya.

Abdul yang juga pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Qatar ini juga mengingatkan pentingnya membangun kemampuan kompetensi individu untuk menghadapi tantangan masa depan.  Ia menekankan pentingnya keterampilan, pengetahuan and sikap untuk memenangkan persaingan global. Abdul juga menggarisbawahi pentingnya kemampuan berbahasa asing dan penguasaan teknologi informasi.

Abdul berharap, melalui peningkatan kualitas SDM ini diharapkan tercipta tenaga kerja yang handal yang bukan hanya dapat mengisi permintaan tenaga kerja, akan tetapi juga dapat menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam sambutannya, Rektor UMY Dasron Hamid, M.Sc., mengungkapkan jika dua isu utama yang cukup penting untuk diperhatikan adalah mutu kualitas dan keterserapan lulusan di dunia kerja. “Jika mutu lulusan ditingkatkan dibantu dengan sistem penempatan yang baik, maka bukan mustahil lulusan PTM dan SMK Muhammadiyah akan menjadi pilihan pertama pengguna lulusan. Untuk itulah, UMY dan NIIT telah bersepakat untuk bekerjasama membuat program pengembangan mutu pendidikan agar lulusan PTM dan SMK Muhammadiyah lebih kompetitif baik di tingkat nasional maupun internasional,” terangnya.

Sementara itu Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec., Perwakilan Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah menyoroti tentang tidak adanya studi yang komprehensif tentang kebutuhan tenaga kerja di Indonesia. Hal tersebut berakibat sulitnya perguruan tinggi mempersiapkan program yang terukur bagi mahasiswa nya. Sehingga kebanyakan lulusan perguruan tinggi Indonesia tidak siap untuk langsung bekerja.

“Kualitas lulusan kita beda dengan Jerman. Kalau di Jerman, lulusan perguruan tingginya ready to work, sedangkan kita ready to train,” ungkapnya.

Dalam acara ini, hadir sekitar 150 peserta yang terdiri dari perwakilan PTM se-Indonesia, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Jawa, dan tamu undangan Muhammadiyah lainnya. Sebagai lembaga pendidikan IT di India, NIIT berupaya menghasilkan lulusan Muhammadiyah yang memiliki program peningkatan keterserapan lulusan melalui peningkatan mutu pembelajaran berbasis Information Technology (IT) dan IT Enabling Services (ITES) dengan standar Internasional.