Jika kita menggunakan alat ukur nilai mata uang kertas, sudah jelas kita lihat bagaimana suatu negara krisis diikuti oleh negara lain. Negara yang ikut krisis tersebut, karena menggunakan nilai mata uang kertas dari negara lain sebagai alat ukur nilai uang. Sedangkan negara itu mengalami krisis ekonomi, hingga terjadilah krisis ekonomi global.
Hal tersebut disampaikan oleh Konsultan Gold Dinar Spanyol Shaikh Umar Ibrahim Vadillo, dalam acara “Towards Establishing a Macroeconomic Equilibrium between Fiscal and Monetary System”digedung AR. Fachruddin B UMY, Jum’at (14/3). Acara Prodi Ilmu Ekonomi UMY ini terselenggarakan dengan kerjasama Yayasan Pengurusan Ilmu (YPI) Malaysia, Majelis Tarjih and Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ikatan Ahli Ekonomi Islam DIY.
Umar Vadillo memberikan solusi untuk mencegah krisis ekonomi global tersebut. Yaitu menerapkan alat tukar yang lebih stabil dikancah internasional, dengan emas dan perak (dinar dan dirham). “emas dan perak ini tidak terpengaruh krisis. Karena nilainya sama dimana- mana. Selain itu, pemerintah tidak bisa membuat emas dan perak dengan sesukan hatinya,” jelas Konsultan Gold Dinar ini.
Umar Vadillo menerangkan, ada dua cara untuk menerapkan system emas dan perak ini. yaitu dengan menjadikan emas dan perak sebagai alat ukur mata uang atau valuta asing. Dan menerapkan jual beli dengan menggunakan dinar dan dirham dalam komunitas kecil terlebih dahulu. “ini memang harus kita mulai dari diri sendiri, dari leingkungan yang terkecil. Seperti kampus UMY ini misalnya atau lebih besar lagi didaerah,” terangnya.
Dalam system moneter suatu negara, terutama untuk menghindari terjadinya krisis. Umar Vadillo menilai keberadaan International Monetary Fund (IMF) bukan solusi untuk negara, terutama negara berkembang. “Indonesia harus berani untuk keluar dari IMF. Karena IMF tidak membantu dalam menangani krisis di negara berkembang, malah memperparah. Selain itu, negara harus lebih melihat jika ingin tekan kerjasama internasional,” jelasnya.
Diretur IPIEF UMY sekaligus Ketua Panitia, Dr. Masyhudi Moqorobin mengatakan, peran emas dan perak ini perlu didalami lagi. Karena perilaku, system dan tatanan moneter yang ada belum dapat menjawab masalah krisis ekonomi global. “dalam seminar yang berlangsung 2 hari ini, kita membahas ide baru untuk memberikan solusi pada permasalahan ekonomi. Terutama masalah system moneter dan fiskal,” jelasnya.
Sedangkan Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto dalam sambutannya mengatakan, yang dipermasalahkan oleh banyak orang jika terjadi krisis ekonomi selalu minyak. Akan tetapi masalah kurs atau valuta ini juga ada pengaruhnya. “ini masalah yang menarik untuk dikaji lebih dalam, karena permasalahan ekonomi global saat ini selalu bicara minyak, minyak dan minyak,” terangnya. (syah)