Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan hidup masyarakat terdapat berbagai macam permasalahan yang kadang dapat berkembang menjadi sebuah hal yang pelik apabila tidak segera diatasi. Menciptakan solusi bagi berbagai permasalahan tersebut merupakan salah satu tugas dari mahasiswa sebagai bagian dari pengabdian masyarakat. Hal tersebut lah yang menjadi tema dalam Urban Market Youth 2017 pada hari Jumat (22/12) di area Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Gelaran Urban Market Youth yang rutin diselenggarakan tiap tahun tersebut merupakan kali kelima diadakan. Acara ini merupakan bagian dari kurikulum mata kuliah kewirausahaan pada Program Studi Ilmu Komunikasi UMY dan diadakan sebagai ujian akhir kelas ini. Dalam kegiatan tersebut, para mahasiswa akan mencoba untuk menjual berbagai macam produk yang sudah dikembangkan selama di kelas. Pada gelaran kali ini ada 2 angkatan kelas yang sekaligus mengikuti kegiatan tersebut.
Ayu Amalia, S.Sos., MA selaku pengampu kelas Kewirausahaan angkatan 2016 menyebutkan bahwa kelas ini berusaha memberikan wawasan kepada mahasiswa agar dapat mengembangkan pribadinya. “Idealnya kelas ini bertujuan untuk membuat mahasiswa memiliki kemampuan untuk menciptakan sendiri lapangan kerja. Selain itu produk-produk yang mereka tawarkan di stand yang ada merupakan solusi dari berbagai macam permasalahan masyarakat yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya,” ujarnya.
Hal tersebut juga dipertegas oleh Erwan Sudiwijaya, S.Sos., MBA sebagai pengampu kelas Kewirausahaan angkatan 2017, dimana produk-produk yang dijual oleh mahasiswa merupakan inovasi pemecahan masalah untuk indonesia. “Konsep yang kami ajarkan di kelas adalah socio-entrepreneurship dimana produk yang ditawarkan adalah solusi dari sebuah pemasalahan yang ditemukan mahasiswa itu di kehidupan sehari-hari. Misalnya ada salah satu stand yang menjual Lumpia, ini berangkat dari permasalahan bahwa anak muda Semarang saat ini sudah banyak yang luntur budaya dan jati dirinya sebagai orang Semarang. Dengan memakan Lumpia tersebut diharapkan ini menjadi sebuah solusi yang dapat menjadi awal bagi anak muda Semarang untuk kembali memperkuat jati diri dan budayanya,” ungkap Erwan.
“Kemudian ada pula stand yang menjual berbagai perlengkapan kantor yang dibuat dari botol plastik. Ini berangkat dari perhatian mahasiswa tersebut mengenai bahaya demam berdarah, dan penyebabnya adalah dari banyaknya botol plastik yang kemudian menjadi wadah berkembang biak jentik nyamuk. Dengan mengubah botol plastik tersebut menjadi hal lain yang bermanfaat diharapkan dapat mengurangi bahaya terjangkit demam berdarah. Jadi yang sebenarnya dijual oleh berbagai stand yang ada di sini bukanlah produk, tapi solusi untuk berbagai masalah yang ditemukan oleh para mahasiswa,” papar Erwan. (raditia)