Berita

UMY Adakan Shalat Gerhana Bulan Berjaamah

Civitas Academica Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaksanakan Shalat Gerhana Bulan berjamaah di Masjid KH. Ahmad Dahlan pada Selasa (8/11). Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P., IPM., selaku khatib dalam shalat Gerhana ini mengatakan jika Gerhana ini dapat dipahami sebagai sebuah refleksi dengan dua perspektif yang berbeda, sebuah relasi antara kerahmatan dan keilmuan.

“Gerhana bulan ini dapat kita sikapi menjadi sebuah refleksi yang sangat bagus bagi kita sebagai institusi pendidikan, sebuah relasi kerahmatan dan keilmuan,” tutur Gunawan.

Gunawan menjelaskan jika dalam perspektif kerahmatan, gerhana ini memberikan petunjuk bagi kepada kita semua betapa luasnya Allah swt sebagai pemilik alam semesta ini. Sementara dalam perspektif keilmuan peristiwa ini merupakan salah satu tantangan besar bagi manusia dalam memanfaatkan kemampuan intelektualnya dalam membuktikan proses alam dapat dicerna menggunakan konsep berfikir dengan kemajuan teknologi dan keilmuan yang dimiliki. Ia juga menegaskan relasi ini akan berakhir pada suatu kesimpulan bahwa betapa kecilnya kemampuan manusia di hadapan kebesaran Allah SWT.

Allah juga telah menyinggung keberadaan Tata Surya kita ini dalam Al- Quran surat Ibrahim ayat 33. Sementara itu, Al-Quran juga telah menuliskan wawasan tentang Gerhana pada surat Al-Qhasas ayat 81-82, Al-Ankabut ayat 41, Saba ayat 9, Al- Mulk ayat 16 dan seterusnya.

Dalam Ilmu Fiqih Gerhana Bulan disebut Khusuf dan Gerhana Matahari disebut Kusuf. Melalui Fiqih, umat muslim jaman dahulu juga mengetahui gerhana dan sistem tata surya. “Ilmuan muslim jaman dahulu mempelajari tata surya kita melalui fiqih. Fiqih telah membuktikan adanya fakta bahwa gerhana merupakan bagian siklus dan keteraturan tata surya yang melibatkan matahari, bulan dan bumi,” tegasnya.

Gunawan juga menyebut jika Allah menuntut manusia untuk berilmu dengan mempelajari segala sesuatu yang Allah ciptakan. “Allah telah menuntut manusia untuk mempelajari segala sesuatu yang Ia cipatakan, dengan demikian manusia menjadi berilmu. Dalam surat Al-Alaq ayat 1 yang berarti bacalah, dalam artian yang lebih luas, sebenarnya Allah menginginkan kita untuk memahami, meneliti, dan memaknai, memahami segala yang Allah ciptakan yang ada di dalam alam semesta,” imbuh Guru Besar UMY bidang Ilmu Tanah ini lagi.

Allah sebagai pusat ilmu pengetahuan telah memberikan Alam semesta, Al quran dan Assunah adalah sumber ilmu pengetahuan bagi manusia. Manusia dengan akalnya dapat melkukan tafsir qauliyah atas sumber sumber ilmu utama dari al quran, manusia melalui akal pikirannya juga dapat melakukan tafsir qauniyah atas kecerdasannya membaca, memahami, mengkontruksi dan meneliti ilmu, teknologi dan seni. Tafsir inilah yang bisa dibangun menjadi suatu kesatuan ilmu yang tidak terpisahkan. (RM)