Kepedulian semua pihak terhadap masalah kesehatan jiwa masih bisa dikatakan kurang. Apalagi kalau berangkat dari alasan bahwa gangguan jiwa bukan merupakan penyebab kematian secara langsung. Namun demikian gangguan jiwa merupakan beban produktivitas terbesar dibandingkan penyakit lainnya.
Angka gangguan jiwa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berdasar riset kesehatan dasar 2010 adalah dalam jumlah penduduk 5.4000.000 jiwa terdapat 0.38% orang yang menderita gangguan jiwa, jika dikalikan, maka sekitar 20.520 orang mengidap penyakit tersebut. Sedangkan penderita gangguan kesehatan mental presentasenya 9.6% jiwa dikalikan dengan jumlah penduduk DIY maka terdapat 518.400 orang yang mengalaminya. Dengan jumlah yang cukup besar tersebut kesehatan jiwa harus mendapatkan perhatian dan upaya dari berbagai pihak.
Hal tersebutlah yang mendorong Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK-UMY) menyelenggarakan kegiatan dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober bertemakan “The Great Push : Investing in Mental Health“.
Menurut dr.Warih Andan Puspitosari, M.Sc., SpKJ selaku Kepala Bagian Kedokteran Jiwa FKIK-UMY, penyelenggaraan acara tersebut adalah sebagai bentuk kepedulian UMY terhadap kesehatan jiwa masyarakat. “Dalam rangka hari kesehatan jiwa sedunia ini, kami menyelenggarakan beberapa rangkaian kegiatan yang tujuannya untuk lebih menyadarkan pentingnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat serta mengenalkan tentang berbagai gangguan jiwa”, ujarnya saat ditemui di Kampus Terpadu UMY, Sabtu (08/10).
Dalam wawancaranya Warih juga menjelaskan selama ini oleh masyarakat gangguan jiwa sering hanya diidentikkan dengan “gila”, padahal banyak jenis gangguan jiwa yang lainnya. “Jika berbagai pihak dan masyarakat memahami maka akan lebih bisa terlibat dalam berbagai kegiatan menuju masyarakat sehat jiwa yang kita cita-citakan. Baik dalam upaya pencegahan, penanganan maupun rehabilitasinya” jelasnya.
Kegiatan dalam rangka memperingati hari kesehatan jiwa sedunia tersebut dilaksanakan mulai 3-10 Oktober dengan berbagai agenda. Mulai workshop untuk dokter dan perawat dari 6 puskesmas tentang “Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di Puskesmas. menghadirkan narasumber dr. Mahar Agusno, SpKJ(K) Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Yogyakarta.
Kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi dan koordinasi lintas sektor Pelaksanaan Program Jiwa di wilayah Kecamatan Kasihan, bekerjasama dengan Puskesmas Kasihan 2 Bantul dengan mengundang Dinkes, Camat, Polsek, Lurah, Perangkat Desa, dan Tokoh Masyarakat. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan tentang Pengenalan Gangguan Jiwa di Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas dan Permasalahannya. Dilanjutkan pembentukan struktur organisasi Time Pembina, Pengarah, Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM).
Selain itu diadakan pula kegiatan kelompok Swabantu dengan mengumpulkan keluarga penderita gangguan jiwa Skizofrenia di desa Ngenthak wilayah Puskesmas Sedayu 2 dan di desa Ngestiharjo wilayah Puskesmas Kasihan 2. Sedangkan untuk penderitanya, diadakan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) untuk meningkatkan kualitas hidup bagi penderita gangguan jiwa.
Untuk lebih melibatkan masyarakat, bersama Puskesmas Kasihan 2 mengadakan pembekalan kader peduli kesehatan jiwa dengan mengundang 100 kader di wilayah kecamatan Kasihan 2 dengan harapan kader akan lebih banyak terlibat dalam pencegahan, pengenalan dan pendampingan gangguan jiwa di masyarakat karena kader akan mengawali pembentukan DSSJ (Desa Siaga Sehat Jiwa) yang sudah terbentuk sebelumnya di beberapa dusun.
Kegiatan lain adalah Pendidikan kesehatan tentang Rokok dan Napza kepada siswa SMP yang 90 % siswanya laki-laki yang sudah mengenal rokok. Karena ketika siswa atau remaja mengkonsumsi rokok dan napza maka kesehatan jiwa merekapun akan terancam nantinya.
Warih juga menambahkan kegiatan ini ditujukan juga kepada para Dokter Muda UMY. Kami menginginkan dokter lulusan UMY nantinya dapat lebih memahami tentang masalah gangguan jiwa di Pelayanan Primer dan Komunitas sehingga dapat melakukan berbagai kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative sesuai dengan kompetensinya sebagai dokter umum,” tambahnya.
Melalui kegiatan ini, ia berharap bahwa semua sektor atau lembaga-lembaga yang berkepentingan seperti kepolisian, pemerintah setempat, tokoh masyarakat, institusi pendidikan, kader dan lainnya untuk ikut peduli terhadap kesehatan jiwa, yang selama ini sering dianak tirikan padahal kesehatan jiwa merupakan bagian penting dari kesehatan manusia seutuhnya. Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa.