Berbicara tentang alumni berarti berbicara tentang hasil akhir sebuah proses panjang pembelajaran, berupa outcome tentang keberhasilan timbal balik yang positif terhadap perguruan tinggi. Dalam hal ini, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan Alumni Award yang diadakan setiap tahunnya sebagai bentuk apresiasi terhadap alumni-alumni UMY yang memiliki prestasi-prestasi yang membanggakan. Pada tahun ini, penghargaan Outstanding Alumni Award UMY diterima oleh alumni dari Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam tahun 2001, Prof. Dr. Muhammad Khairil, S.Ag., M.Si. Penghargaan ini diberikan dalam acara Malam Penganugerahan Alumni Awards UMY 2020 yang dilakukan secara semi daring, pada Jum’at (14/8) di pelataran gedung AR. Fachruddin UMY.
Prof. Dr. Muhammad Khairil ini merupakan alumni UMY pertama yang mendapatkan gelar Guru Besar di Bidang Ilmu Komunikasi. Gelar Guru Besar tersebut didapatkannya sesuai dengan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 1 April 2020. ”Alhamdulillah pada tahun ini sesuai dengan surat keputusan dari kementerian pendidikan dan kebudayaan per tanggal 1 April 2020, saya dinyatakan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Komunikasi,” ujar Dekan Fisip Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah ini.
Muhammad Khairil juga menjelaskan tentang beberapa kajian yang sudah konsisten dilakukannya di bidang Ilmu Komunikasi. Ia membahas tentang kajian komunikasi terorisme yang telah dilakukannya sejak S1 di UMY. Dengan meneliti kelompok-kelompok Islam radikal, mulai dari munculnya pemikiran radikalisme sampai kemudian adanya gerakan atau aksi-aksi yang menggunakan pendekatan ideologi keagamaan untuk pembenaran aksi-aksi terorisme khususnya di Sulawesi Tengah, Poso.”Kajian atau riset-riset yang saya lakukan berkaitan dengan komunikasi terorisme. Di sisi lain saya juga menulis buku yang berjudul Resolusi Komunikasi yang berisi hasil dari riset saya kurang lebih 7 sampai 8 tahun sejak S2 yang meneliti tentang efek media terhadap pemberitaan terorisme. Kemudian masuk S3 saya mengkaji tentang kasus pidana terrorisme yang ada di Sulawesi Tengah, nah kemudian dari bauran beberapa hasil riset itulah yang terolah menjadi satu buku,” jelasnya saat dihubungi Senin (17/8) .
Selanjutnya Muhammad Khairil juga menceritakan motivasinya sebagai pengajar professional sehingga menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Komunikasi yang berangkat dari nasihat dosen sejak ia kuliah di UMY. ”Saya melanjutkan studi sampai menjadi profesor. Dari awal obsesi mimpi saya menjadi pengajar yang professional lalu kemudian mengembangkan karir di dunia pendidikan khususnya di kampus dan itu saya usahakan semaksimal mungkin kemampuan yang saya miliki. Sejak di UMY yang menjadi motivasi saya untuk lanjut studi adalah ketika berbincang dengan dosen bernama Ibu Bahiroh, beliau merupakan pembimbing saya waktu itu dan mengarahkan kalau mau lanjut studi ambil di UNPAD Bandung. Tapi ketika saya selesai di UMY saya sambil bekerja sampingan sebagai dosen di Universitas Muhammmadiyah Makassar kemudian saya berkesempatan untuk melanjutkan studi S2 di UNHAS Makassar. Setelah itu, saya menjadi dosen honorer di Universitas Tadulako kemudian beberapa tahun kemudian saya melanjutkan S3 di Universitas Padjajaran dan beberapa tahun kemudian saya ditetapkan menjadi guru besar,” paparnya.
Kesan menyenangkan ketika di UMY juga disampaikan Muhammad Khairil. Baginya, UMY adalah rumah kedua setelah ia menempuh pendidikan pondok pesantren selama 6 tahun dan mendapatkan hal-hal berharga selama di UMY. ”UMY ini rumah kedua saya, setelah saya belajar di pesantren 6 tahun kemudian saya melanjutkan studi di Jogja. Ketika saya kuliah di UMY, saya aktif di organisasi, dan pernah dipercayai sebagai ketua BEM sampai ketua DPM, tapi saya mundur menjadi ketua DPM karena ingin menyelesaikan studi. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan kurang dari 4 tahun dengan predikat cumlaude dan kesan yang paling utama selama studi di UMY adalah sifat proses dan transformasi keilmuan yang dilakukan oleh dosen ke mahasiswa sangat experiences, artinya kita ditempa tidak hanya secara teori saja namun juga learning by doing. Bagaimana kita belajar pada situasi sosial, banyak berinteraksi dan ini dilakukan secara terpadu. Antara organisasi dan proses perkuliahan. Cukup banyak kesan di UMY, dosen-dosennya pun memberikan keteladanan, dan kami dengan dosen diberikan ruang untuk melakukan kritik konstruktif,” tutupnya. (Sofia)