Berita

UMY Budayakan Pola Hidup Sehat dan Zero Waste di Lingkungan Kampus

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) terus berkomitmen untuk menerapkan pola hidup sehat dan zero waste di lingkungan kampus. Berbagai Upaya telah dilakukan, salah satunya dengan melakukan sosialisasi melalui kegiatan Kampus Sehat Menyapa: Kebijakan Pola Hidup Sehat dan Zero Waste yang diperuntukkan bagi civitas academica UMY.

Prof. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si., Wakil Rektor UMY Bidang Sumber Daya Manusia (SDM), melalui zoom meeting pada Kamis, (16/1) menyampaikan bahwa kampus UMY sudah sejak tujuh tahun lalu menggalakkan kampus sehat dan pola hidup sehat. Salah satunya adalah dengan mengedukasi warga kampus agar peduli terhadap kesehatan jiwa dan raga.

Data dari hasil general check- up yang rutin diadakan oleh UMY kepada karyawan menunjukkan adanya peningkatan kadar gula dan kolesterol pegawai, yang mengindikasikan potensi masalah kesehatan dan sudah harus diwaspadai. Oleh karena itu, kampus terus mengajak seluruh civitas akademika untuk lebih peduli pada pola hidup sehat, seperti makan sehat, berolahraga, dan menjaga kebersihan lingkungan agar tercipta kampus yang sehat dan produktif.

“Maka dari itu, kami mencoba melakukan sosialisasi kampus sehat untuk membudayakan pola hidup sehat dengan berolahraga, makan sehat serta menerapkan lingkungan zero waste,” ujarnya.

Prof. Nano mengingatkan agar semua pihak di kampus peduli terhadap kebersihan, tidak hanya mengandalkan petugas cleaning service. Setiap individu diharapkan dapat mengambil peran dalam menjaga kebersihan, termasuk mengelola sampah yang ada di sekitarnya. Karena menurutnya, dengan badan yang sehat, kita dapat berpikir dan berkarya. Sehingga ke depan, UMY juga akan membuat program lanjutan dan strategi agar perencanaan zero waste dan makanan sehat di lingkungan kampus dapat tercapai.

“Jangan sampai kita tidak bisa berkarya hanya karena badan kita tidak sehat,” tandasnya.

Dr. dr. Mahendro Prasetyo Kusumo, MMR., FISPH., FISCM, AIFO-K. Dosen MARS (Magister Administrasi Rumah Sakit ) UMY menjelaskan pentingnya makanan sehat untuk mendukung produktivitas karyawan. Ia mengungkapkan, Survei Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja di Indonesia sering mengonsumsi makanan cepat saji, yang dapat menyebabkan kelelahan dan meningkatkan risiko penyakit metabolik. Sementara menurutnya, makanan yang bergizi dapat meningkatkan konsentrasi, mengurangi tingkat absensi, serta menjaga stamina sepanjang hari.

Oleh karena itu, ia mengajak warga kampus untuk lebih memilih makanan sehat, meskipun terkadang makanan sehat seperti nasi merah terasa kurang enak dibandingkan nasi putih. Namun, kebiasaan mengonsumsi makanan sehat akan membiasakan tubuh untuk tetap sehat dan produktif.

Sementara itu, Terkait dengan zero waste, Dr. dr. Merita Sierin, MMR, yang juga Dosen prodi Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) UMY mengungkapkan bahwa sampah plastik menjadi masalah besar di dunia, dengan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Setiap tahun, sekitar 4,8 hingga 12,7 juta ton plastik masuk ke laut, yang sebagian besar tidak dapat didaur ulang. Oleh karena itu, kampus harus menjadi contoh dalam pengelolaan sampah yang baik, termasuk melalui penerapan konsep zero waste, yaitu mengurangi, mendaur ulang, dan menggunakan kembali barang-barang yang ada.

“Tentu ini menjadi tantangan dan PR bagi kita semua sebagai warga kampus,” tuturnya.

Dr. Merita menekankan pentingnya pemilahan sampah sejak dari sumbernya, karena sampah organik dan anorganik yang tercampur akan lebih sulit untuk dikelola dan didaur ulang.

Untuk mencapai tujuan zero waste, UMY menerapkan prinsip 5R: Refuse (menolak penggunaan barang yang tidak diperlukan), Rot (mengubah sampah organik menjadi kompos), Reduce (mengurangi penggunaan barang yang tidak perlu), Recycle (mendaur ulang sampah), dan Reuse (menggunakan kembali barang yang sudah dipakai).

“Intinya adalah pemilahan sampah sejak dari sumbernya maka nantinya mudah-mudahan UMY bisa lebih maju lagi dalam hal pemilahan sampah karena kalau tidak, untuk proses pengangkutan dan pemilahan akan membutuhkan sumber daya lagi yang lebih banyak dan pencampuran sampah organik dan anorganik yang seharusnya masih memiliki nilai jual akhirnya jadi rusak. Sangat disayangkan. Oleh karena itu, pemilahan sampah ini menjadi hal penting dan menjadi kunci,” pungkasnya. (Mut)