Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membuka posko pengungsian bagi korban meletusnya gunung merapi. Menurut Dr. Ir. Gunawan Budiyanto selaku kordinator posko UMY mengungkapkan pengungsi yang ada di posko UMY ini merupakan pindahan dari posko Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang sebelumnya bertempat di Hargobinangun dan SMK Muhammadiyah Pakem. Karena kedua tempat tersebut sudah tidak termasuk jalur aman maka seluruh pengungsi yang ada di kedua posko di pindahkan ke kampus terpadu UMY.
Menurut Gunawan UMY dipilih karena relatif jauh dan aman dari semburan merapi. Sejak Jumat sore (5/11) sudah ada 30 pengungsi bermalam di UMY dan sabtu siang (6/11) akan ada tambahan 340 pengungsi yang sebelumnya mengungsi di RS PKU 2 Gamping sejak Jum’at (5/11) dini hari. Pengungsi kebanyakan berasal dari Umbulharjo, Kecamatan Turi, Pakem, dan kemungkinan akan ada tambahan Kecamatan Tempel.
Hingga saat ini pusat posko di konsentrasikan di Gedung C Plaza Lapangan Bintang yang berkapasitas hingga 500 orang. Namun jika nanti ada tambahan pengungsi dari posko lain seperti dari stadion Maguwoharjo, maka akan ada tambahan ruangan yakni Hall lantai dasar Masjid Ahmad Dahlan UMY. “UMY berusaha semaksimal mungkin memfasilitasi keperluan para pengungsi,”urainya.
Gunawan mungungkapkan ada tiga hal utama yang harus dilakukan MDMC dan UMY dalam posko pengungsian tersebut. Adapun ketiga hal tersebut adalah pelayanan logistik, pelayanan medis, dan pengurangan kecemasan para korban. “Tiga hal ini yang menjadi agenda krusia MDMC dan UMY,”tegas dosen fakultas pertanian UMY ini saat diwawancarai di posko pengungsian UMY, Sabtu pagi (6/11).
Untuk soal logistik dan pelayanan medis, Gunawan menjelaskan bahwa hingga saat ini segala keperluan logistik baik untuk makanan, pakaian, serta obat-obatan mencukupi hingga dua minggu ke depan. Seluruh logistik yang ada di posko MDMC sudah diangkut sebanyak dua truk ke UMY sejak jumat kemarin. “Pihak UMY, Lazis Muhammadiyah, Aisiyah, dan seluruh elemen mahasiswa terus berupaya mengumpulkan bantuan baik uang maupun bantuan berbentuk barang yang diperlukan para korban,”urainya.
Sedangkan hal lain juga yang cukup krusial lain yakni pengurangan kecemasan para korban. Menurut Gunawan sudah ada beberapa program yang disusun untuk hal tersebut. Beberapa di antaranya pertunjukan seni, para mahasiswa dari UKM akan melakukan beberapa pertunjukan. Bagi anak-anak juga akan ada permainan dan di ajak bernyanyi oleh para relawan di posko. “ Kita juga menyediakan empat televisi untuk menonton film bersama sebagai upaya meminimalisir kecemasan dan trauma mereka,”imbuhnya.
Posko tersebut akan dikelola oleh para relawan yang notabene merupakan mahasiswa UMY sendiri baik dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan seluruh elemen mahasiswa. Para relawan akan di bagi ke dalam shift. Satu shift terdiri dari 15 orang selama 24 Jam. Kemungkinan akan ada perubahan pengelolaan shift jika terjadi penambahan pengungsi. “Sampai saat ini sudah ada 100 orang mahasiswa yg menjadi relawan dan kemungkinan besar akan bertambah,”ungkapnya.
Mahasiswa UMY juga tidak diliburkan karena dianggap kawasan UMY jauh relatif aman dan masih memungkinkan untuk melakukan proses belajar mengajar. Dengan adanya posko pengungsia di UMY Gunawan berharap empati dan atensi mahasiswa terhadap permasalahan sosial bisa lebih tumbuh. “Mahasiswa juga mempunyai kesempatan untuk mengabdi pada masyarakat,”tandasnya.