Teknik baru untuk mengisi rongga udara di dalam perut semasa proses operasi, berhasil diciptakan oleh salah seorang Dokter dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Alat yang diberi nama Muyo Hook ini juga akan segera diproduksi dan dipasarkan di Tanah Air. Sedangkan produksi dan pemasaran ini akan dilakukan UMY bekerjasama dengan PT Eka Ormed Surabaya, Indonesia.
Penandatanganan kerjasama produksi ‘Alat Pengait Bedah Perut – Muyo Hook’ karya Dr. Sagiran, dosen Fakultas Kedokteran UMY ini, dilakukan oleh Ketua Lembaga Pengembangan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY, Dr. Mukti Fajar Nur Dewanta, S.H., M.Hum. dan Ketua Direksi PT Eka Ormed, Drs. Yatno. Penandatanganan kerjasama ini dilaksanakan di kantor sentra HKI LP3M UMY, dengan dihadiri pula oleh Dr. Sagiran selaku penemu dan pencipta alat Muyo Hook, Rabu (29/5).
Dalam penjelasannya, Dr. Sagiran mengungkapkan alat ini memudahkan para dokter yang akan melakukan operasi perut, baik itu untuk penyakit usus buntu atau lainnya. Bentuk alat yang terinspirasi dari posisi duduk dalam waktu shalat ini, bisa membantu dokter mengisi udara di dalam perut tanpa melakukan penjepitan atau melukai bagian perut lainnya.
“Alat ini cukup dimasukkan melalui pusar pasien, kemudian dia akan dikaitkan pada fascia (bagian paling keras di dalam kulit). Setelah alat ini berhasil mengait fascia, kulit perut bisa diangkat untuk selanjutnya ditusukkan jarum Veress dan dipompa dengan udara (CO2),” papar Dr. Sagiran.
Menurut Dr. Sagiran, sebelum ada alat ini, biasanya dalam proses operasi perut dokter akan melakukan pembedahan pada dinding perut. Namun, dengan alat ini pembedahan itu tidak perlu dilakukan lagi. Karena cukup memasukkan alat ini melalui pusar dan mengisinya dengan udara. “Setelah ada udara di dalam rongga perut, dokter akan lebih mudah mencari usus atau bagian dalam perut lainnya yang akan di operasi. Sehingga tidak ada luka atau jahitan di sisi perut lainnya karena pembedahan.”
Muyo Hook juga memiliki kelebihan dibanding dengan alat lain. Muyo Hook dapat dengan mudah diaplikasikan tanpa memperlebar irisan, karena tidak perlu bantuan alat lain. Selain itu, desain alat ini juga secara otomatis mengamankan dari bahaya penusukan organ dalam. “Begitu fascia terkait kemudian diangkat, maka arah kait berubah ke luar abdomen. Hal ini akan menghindari tertusuknya organ dalam oleh alat,” imbuh dr. Sagiran lagi.
Sementara itu, Drs. Yatno mengatakan bahwa pihaknya pertama kali mengadakan kerjasama produksi alat kedokteran dengan universitas. Ia berharap adanya kerjasama dapat membantu pemerintah dalam mencapai target 10 persen produksi alat kedokteran dalam negeri. “Karena sekarang, produksi alat kedokteran dalam negeri kita masih minim sekali. Baru 4 persen,” ujarnya.
Dr. Mukti Fajar juga menambahkan, prinsip yang dibangun dalam kerjasama produksi Muyo Hook ini adalah demi memberikan kemanfaatan pada umat. “Ini juga akan mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dalam industrialisasi. Selain itu, universitas juga akan mendapatkan pemasukan, sehingga tidak banyak membebani mahasiswa,” pungkasnya.