Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) bekerja sama dengan Singapore Polytechnic (SP) secara resmi melakukan serah terima alat pemisah limbah kambing bernama Automatic Waste Separator (AWS) dan Eco-brick kepada Kelurahan Selopamioro, Imogiri, Bantul, pada Rabu (9/10). Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Learning Express (Lex) antara UMY dengan SP yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, yakni pada awal Oktober 2023 lalu di Dusun Kalidadap 1 dan Dusun Srunggo 2, Desa Selopamiro, Imogiri, Bantul.
Alat pemisah limbah kambing (AWS) ini berfungsi untuk mengotomatisasi pemisahan limbah kambing padat dan cair dan menghasilkan lingkungan pertanian yang lebih bersih. Kotoran yang dipisahkan selanjutnya akan diubah menjadi kompos dan dijual kepada petani holtikultura dan buah-buahan di desa-desa sekitar yang dapat menghasilkan keuntungan bagi masyarakat.
AWS ini terdiri dari dua bagian, pemisah dan system konveyor. Cara kerjanya pertama-tama urin dan kotoran kambing akan jatuh ke pemisah, lalu urin disaring secara otomatis melalui rol, kotoran akan meluncur ke konveyor. Kemudian kotoran akan diangkut secara otomatis ke area pengumpulan dan diangkut ke composer untuk pembuatan kompos.
Selanjutnya, Untuk Eco-brick diusung untuk menangani permasalahan sampah plastik dengan cepat dan mudah melalui sistem manual untuk memproduksi batu bata ramah lingkungan.
Lurah Selopamioro, Drs. Sugeng, menyampaikan rasa syukur atas bantuan yang diberikan. Ia berharap peternakan kambing yang awalnya merupakan bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), ditambah dengan alat inovasi dari UMY dan Singapore Polytechnic akan lebih memberi manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
Sugeng juga secara khusus menekankan pentingnya pengolahan sampah plastik yang selama ini sering dibuang atau dibakar. “Dengan adanya eco-brick, sampah plastik kini dapat dimanfaatkan menjadi material untuk pembangunan infrastruktur, seperti paving block dan bangunan rumah,” jelasnya.
Selain itu, Sabari, Ketua ladang ternak Srunggo 2 mengatakan sebelum ada bantuan alat pemisah limbah kambing ini, mereka melakukan pembersihan setiap dua minggu sekali dengan menggunakan cangkul lalu dimasukkan ke dalam karung. Setelah itu karung berisi kotoran tersebut dipindahkan ke kandang kompos.
Sehingga dengan alat ini, ia mengaku pekerjaannya sebagai peternak kambing menjadi lebih mudah dan ringan. Bahkan, komposnya dapat dijual ke petani cabe dan petani lainnya baik di desa-desa sekitar maupun ke daerah yang lebih jauh.
“Kami sangat berterimakasih kepada mahasiswa UMY dan SP yang telah membantu dan memudahkan kami selaku peternak domba. Alat yang diberikan ini sangat bermanfaat dan sangat membantu meringankan pekerjaan kami. Kami akan rawat dan jaga alat yang telah diberikan ini dengan sungguh-sungguh,” Pungkas Sabari. (Mut)