Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memiliki komitmen untuk berkiprah dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat, baik di dalam negeri maupun pada warga yang berada di luar Indonesia. Salah satunya seperti yang dilakukan UMY dengan memberikan pendampingan kegiatan belajar mengajar pada Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Taiwan. UMY berencana untuk menerapkan program serupa kepada PMI yang berada di Korea Selatan. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P., Rektor UMY dalam menerima kunjungan dari Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi pada hari Jumat (6/7) di Ruang Lobi Rektor.
Pada kesempatan tersebut Gunawan menyebutkan upaya ini dilakukan untuk memberikan pendampingan kepada para PMI tersebut ketika mereka kembali ke Indonesia. “Para PMI yang bekerja di Korea Selatan mendapatkan upah yang cukup besar, paling rendah dalam kisaran belasan juta. Kontrak kerja yang mereka miliki rata-rata selama 3 tahun dan mungkin bisa diperpanjang untuk kali kedua. Dalam jangka waktu selama itu, upah yang terkumpul tentunya akan cukup banyak dan seringkali ditemui ada banyak kasus yang menunjukkan para PMI tersebut mengalami cultural shock setelah pulang ke Indonesia,” ujarnya.
Gunawan menyebutkan bahwa salah satu penyebabnya adalah karena para PMI tersebut sulit untuk meninggalkan zona nyaman yang mereka dapatkan di sana. “Perlu ditanamkan kepada mereka pengertian bahwa mereka tidak selamanya akan bekerja di Korea Selatan. Mereka nantinya akan pulang ke Indonesia, untuk itu kita perlu memberikan pendampingan kepada mereka. Harapannya mereka nanti siap dan mampu untuk merencanakan apa yang akan mereka lakukan ke depannya apabila kontraknya telah habis. Ini nantinya akan kita lakukan dengan bekerja sama dengan PCIM Korea Selatan dan bisa kita lakukan melalui skema Kerja Kuliah Nyata (KKN) untuk mahasiswa ataupun skema lainnya,” jelas Gunawan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Umar yang mengungkapkan bahwa banyak dari para pekerja yang bingung bagaimana memanfaatkan uang yang mereka miliki. “Kebanyakan dari mereka kesulitan untuk memanfaatkan uang yang mereka miliki, misalnya mereka ingin membuka usaha namun tidak tahu harus mulai dari mana. Di sini kemudian UMY bisa masuk sebagai perguruan tinggi untuk memberikan pendampingan kepada mereka. Seperti dengan memberikan pengetahuan untuk literasi finansial dan memberikan pelatihan keterampilan hidup agar para PMI tersebut memiliki kesiapan mental ketika mereka kembali ke kampung halamannya,” ujar Umar.
Umar berharap agar UMY dapat secara langsung memberikan pendampingan pada para pekerja di sana terutama untuk aspek perencanaan finansial, kesehatan dan agama. “Selain untuk permasalahan perencanaan finansial, isu kesehatan juga penting untuk para pekerja di sana. Karena banyak dari para pekerja ini yang bekerja secara fisik dan jarang sekali melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan tubuh mereka, sehingga mereka perlu dibantu untuk diingatkan. Faktor agama juga perlu untuk diperhatikan, selain untuk mengenalkan Muhammadiyah kepada para PMI juga untuk memberikan mereka pengetahuan agama yang diperlukan oleh mereka,” ujar Umar.