Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memiliki komitmen untuk menjadi universitas yang unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan nilai-nilai Islam untuk kemaslahatan umat. Hal tersebut salah satunya diwujudkan dengan mendorong dosen dan mahasiswa UMY untuk menghasilkan karya yang mampu menjadi inovasi yang dapat mempermudah kehidupan. Untuk itu LP3M (Lembaga Penelitian, Publikasi & Pengabdian Masyarakat) UMY mengadakan Seminar dan Pameran Produk Inovasi Perguruan Tinggi 2018 pada hari Kamis (20/9) di Gedung KH Ibrahim kampus terpadu UMY.
Rektor UMY, Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan tersebut menjadi pendorong dan pengingat bagi UMY. “Pameran ini bukan hanya jadi ajang untuk menampilkan karya kita namun juga sebagai pengingat untuk civitas akademika UMY agar selalu do something. Khususnya untuk memberikan kemaslahatan dan kemudahan bagi masyarakat. Saya juga ingin menegaskan bahwa produk inovasi tidak hanya eksklusif untuk ilmu eksak saja tapi juga pada ilmu non eksakta. Berkaca pada pengalaman dalam penanganan bencana Merapi 2010 lalu, salah seorang mahasiswa Hukum UMY memberikan usulan untuk menjadikan kegiatan memasak sebagai trauma healing. Ini mungkin tidak terpikirkan oleh mahasiswa eksak, karena itu kolaborasi antara kedua bidang sangat diperlukan untuk melahirkan sebuah inovasi,” ungkap Gunawan.
Inovasi sendiri bukan hanya sebatas temuan baru saja, namun harus mengandung aspek yang memberikan manfaat dan kegunaan juga. “Temuan baru disebut dengan invention, kemudian agar temuan ini dapat menjadi inovasi maka ia harus terkomersialisasi. Maksud dari komersial disini bukan hanya secara ekonomi namun juga mencakup aspek sosialnya pula dimana temuan ini dapat mempermudah kehidupan masyarakat. Misalnya teknologi industri, obat alternatif hingga terapi psikis dan karya sastra,” ungkap Ir. Hartaya, M.T, perwakilan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta (LPPM UNY) selaku pembicara dalam seminar dengan tema Hilirisasi Hasil Penelitian dan Pengembangan.
Hartaya menyampaikan untuk sebuah temuan menjadi inovasi merupakan proses yang panjang dan tidak jarang memakan waktu dan biaya yang cukup besar. “Tidak setiap temuan dapat menjadi terkomersialisasi dan menjadi inovasi, data menunjukkan bahwa dari 2500 ide hanya satu atau dua saja yang dapat terimplementasikan sebagai produk di pasar. Di sini pasar menjadi salah satu poin penting dalam inovasi, karena ia menjadi inkubator dan media komunikasi antara ide temuan para akademisi dengan masyarakat sebagai penggunanya, ” jelasnya.
Hartaya menyebutkan di sini pemerintah masuk sebagai fasilitator dengan memberikan bantuan. “Inovasi yang dihasilkan dari temuan hasil riset berbasis masyarakat juga menjadi perhatian oleh pemerintah. Karena temuan yang dihasilkan akan lebih berguna secara langsung kepada masyarakat. Pemerintah melalui Kemenristekdikti dapat memberikan bantuan dengan memberikan fasilitas dan dana untuk temuan yang memiliki kualifikasi agar dapat masuk terimplementasi ke dalam pasar,” ungkapnya. (raditia)