Hadirnya teknologi media baru di tengah masyarakat luas membawa perubahan yang signifikan dalam gaya berkomunikasi. Hal ini juga dirasakan, tidak hanya menyentuh masyarakat di perkotaan tetapi juga sampai di daerah pedesaan. Teknologi informasi dan komunikasi dalam media televisi, gadget, smartphone/hand phone, dan internet mengubah pola interaksi dan gaya komunikasi masyarakat di daerah pedesaan.
Kegiatan bersosial yang semula dilakukan secara langsung atau tatap muka yang menjadi ciri masyarakat gemeinschaft yang guyub rukun di pedesaan, sedikit demi sedikit berubah, mulai meluntur dengan memilih berkomunikasi melalui media. Media telah menjadi jembatan dalam komunikasi masyarakat. Masyarakat pedesaan mulai akrab dan nyaman menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Banyak yang mulai menyelami, menikmati dan bahkan kecanduan. Apalagi di masa Covid-19, dimana kegiatan kerja WFH (work from home) dan Belajar Sekolah banyak dilakukan di rumah, aktifitas menggunakan media, internet, medsos semakin meningkat.
Menanggapi adanya fenomena tersebut, empat orang dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tergerak untuk memberikan penyuluhan literasi media bagi masyarakat pedesaan. Penyuluhan literasi media tersebut dilakukan Kelurahan Desa Wonokromo, Plered Bantul, pada Minggu (26/7). Ayu Amalia, S.Sos., MSi selaku Ketua Tim Pengabdian mengatakan, dampak hadirnya berbagai media komunikasi juga dirasakan oleh keluarga muda di pedesaan. Begitu pula yang dirasakan di Desa Wonokromo, Plered.
“Banyak temuan bapak-bapak muda asik dengan bermedia sosial, facebook, WA dan akses internet untuk berkomunikasi. Ibu-ibu muda kecanduan nonton sinetron di televisi, doyan akses internet dan asik bermedsos. Anak-anak jarang keluar rumah, asik di kamar dengan bermedsos maupun nge-game online. Aktifitas bekerja, belajar dan belanja, serta silaturrahim pun banyak diwakili oleh media sosial di dunia maya. Hal ini ditambah banyaknya perusahaan yang menawarkan kemudahan dan kepraktisan jasa berbagai sektor barang dan jasa melaui online, yang semakin memudahkan kehidupan keluarga muda di pedesaan. Bahkan sering terjadi, dalam suatu keluarga muda, antara bapak, ibu dan anak bertemu dalam satu ruangan namun yang terjadi mereka asik dengan gadget masing-masing tanpa interaksi personal yang langsung dan nyata. Komunikasi bermedia melaui dunia virtual, telah menggeser interaksi dan keakraban dalam keluarga muda,” jelasnya saat dihubungi pada Rabu (29/7).
Apalagi saat terjadi penyalahgunaan dalam bermedia baru tersebut, menyebabkan rawan terjadinya perselingkuhan, kesalahpahaman, sehingga berujung konflik dan keretakan dalam hubungan rumah tangga. “Anak yang semula penurut menjadi sulit diatur, mudah emosi, sulit diajak aktifitas religi, dan anti sosial karena kecanduan game online yang memang mengasyikkan. Urusan sekolah pun jadi sering kacau balau. Hal ini tentunya menambah runyam kondisi keluarga muda di daerah pedesaan. Di satu sisi, mereka membutuhkan media tersebut (sesuai tuntutan zaman), tapi disisi lain mereka terhanyut dalam keasyikan di dalamnya, kurang bisa mengatur dan mengendalikan sehingga menimbulkan ekses-ekses negatif yang tidak diharapkan,” imbuh Ayu lagi.
Penyuluhan yang dilakukan Ayu dan timnya mengangkat problematika keluarga muda dan solusinya untuk mengatasi kecanduan gadget, kecanduan sinetron televisi, bijak bermedia sosial dan internet, melek media baru dan mengurangi kecanduan game online pada anak. Penyuluhan Literasi Media ini mengundang pembicara ahli-ahli komunikasi media dari Prodi Ilmu Komunikasi UMY, yaitu : Zuhdan Aziz, SIP, SSn, MSn, Taufiqurrahman, SIP, MA, PhD, dan Dr.Suciati S.Sos, Msi. Masing-masing dengan perspektif yang khas, Zuhdan dengan perspektif Literasi media sinetron dan film, Taufiq dengan perspektif Literasi Media Sosial dan Internet, sedangkan Suci dengan perspektif psikologi komunikasi dalam mengurangi kecanduan gadget pada orang tua dan game online pada anak. “Tujuan utama dari penyuluhan media ini adalah untuk membentuk keluarga muda tangguh yang melek media dengan bisa bijak mengatur dan mengendalikan media,” pungkas Ayu.-