Berita

UMY Kembangkan Mesin Penyangrai Mahkota Dewa

Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) atau The Croen of God, memiliki  makna dan keagungan luar biasa. Secara tradisional buah ini juga memiliki khasiat yang multiguna. Salah satu bentuk olahan buah ini adalah teh. Teh mahkota dewa menjadi produk industri yang memiliki nilai ekonomis cukup potensial dan terkenal sebagai minuman kesehatan yang ampuh menyembuhkan penyakit karsinogenik dan genetis seperti kanker, darah tinggi, diabetes dan penyakit kronis lainnya. Permasalahannya, proses produksi yang selama ini dikembangkan ternyata belum menghasilkan kualitas dan kuantitas yang maksimal.

Demikian disampaikan Susanawati, SP, MP, Koordinator Tim Universitas Muhammadiyah Yogykarta (UMY) dalam pengembangan Teknologi Tepat Guna berupa mesin penyangrai mahkota dewa di Kampus Terpadu UMY Senin (3/10). Teknologi ini memanfaatkan dana dari Dirjen Dikti Depdiknas melalui program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dikerjakan Susanawati bersama tim dosen dari Fakultas Pertanian dan Teknik Mesin UMY yaitu Ir. Eni Istiyanti, MP, dan Totok Suwanda, ST,MT .

Menurut Dosen Fakultas Pertanian UMY ini, proses penyangrairan yang dilakukan dalam pembuatan teh mahkota dewa merupakan proses yang menjadi permasalahan. Dilihat secara efisiensi, proses ini dinilai sangat rendah karena mesin yang digunakan membutuhkan waktu yang cukup lama dan beban tenaga kerja juga sangat berat. Secara kualitas masih ditemukan hasil penyangraian yang tidak merata sehingga terjadi reject (gosong dan hancur) sekitar 35%. “Akibatnya, kapasitas produksi juga terbatas menyesuaikan dengan kemampuan tenaga kerja, padahal permintaan di pasar sangat tinggi sehingga tidak bisa terpenuhi secara maksimal”, terangnya

Selanjutnya Susanawati menjelaskan produk teh dari buah yang mengandung antihistamin, flavonoid, saponon, polifenol dan zat lain yang mempunyai efek analgesi, antibakteri dan menurunkan gula darah ini sebenarnya sudah banyak dikembangkan di berbagai wilayah di Kabupaten Kulon Progo, misalnya  oleh UKM Salama Nusantara milik Bapak Maryono. Bahkan produk ini menjadi pioner di wilayah tersebut sejak tahun 2004.

Bahan  yang digunakan untuk memproduksi teh mahkota dewa adalah buah mahkota dewa, teh hijau, dan benalu teh  yang biasanya disuplai oleh pemasok dari lereng Gunung Menoreh di wilayah Kecamatan Samigaluh. Kapasitas produksi dalam satu hari saat ini 1000 pack  yang dikemas dalam 2 bentuk yaitu kemasan plastik dan kotak. Daerah pemasarannya sudah mencapai Yogyakarta, Jawa Tengah, Surabaya, dan Kalimantan. “Permintaan pasar akan teh mahkota dewa sebenarnya cukup tinggi, namun produsen belum mampu memenuhinya karena keterbatasan kemampuan mesin penyangrainya dan masih rendahnya kualitas produk yang dihasilkan sebagai akibat keterbatasan masukan teknologi”, tambah Susanawati.

Sementara itu, Totok Suwanda menjelaskan dalam implementasi program IbM tersebut, masukan teknologi berupa penggunaan mesin penyangrai yang terbuat dari baja stainless mampu meningkatkan kapasitas produksi teh mahkota dewa dan menghasilkan tingkat keseragaman warna mahkota dewa hasil sangrai meningkat dari 65 % menjadi 96%, karena yang reject (gosong dan hancur) berkurang dari 35 % menjadi 4%. Hasilnya, kapasitas produksi  juga ikut meningkat dari 1000 pack menjadi 1500 pack teh mahkota dewa per hari, sehingga  nilai ekonomi teh mahkota dewa meningkat. “Dampak dari peningkatan kapasitas produksi dapat dilihat dari permintaan konsumen yang dapat terpenuhi lebih optimal  dari 75% menjadi 95%. Selain itu penggunaan tenaga kerja juga lebih efisien”, jelas dosen yang pada teknologi tersebut berperan sebagai ahli mekanika ini.