Kondisi kehilangan anggota yang dialami gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9) akibat korupsi yang dilakukan para pimpianan menyebabkan menurunnya jumlah pemasukan gerakan secara signifikan. Hal ini yang menjadi awal dilakukannya rekrutmen anggota secara besar-besaran oleh para pimpinannya.
Demikian disampaikan Sholahuddin, mantan pejabat NII Pusat dan KW 9 dalam Kuliah Umum bertajuk “Bahaya Aliran-Aliran Sesat dan Cara Penaggulangannya” pada Senin (10/10) yang diadakan bagi para mahasiswa penghuni University Residence Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Unires UMY), program asrama yang diadakan UMY untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa.
Menurut Sholahuddin, dalam merekrut anggotanya, para aktivis NII KW 9 yang asal usulnya memiliki komando hanya di wilayah Jakarta dan Banten ini biasanya memilih target yang sudah mereka kenal karena sudah mengetahui latar belakangnya sehingga lebih mudah didekati. Terlebih target mereka tersebut merupakan orang kaya atau orang yang berasal dari keluarga kaya. Awalnya mereka akan mendekat dengan memberikan macam-macam pertolongan.
Selanjutnya, pelan-pelan para anggota NII akan mengajak target berdiskusi tentang agama. Setelah target mulai tertarik dengan agama, anggota NII tersebut akan mengajak target bertemu dengan ustadz yang biasanya pengurus wilayah desa NII KW 9. “Orang yang mereka sebut ustadz tersebut lalu mulai melakukan proses pendoktrinan sampai target siap hijrah menjadi anggota. Pembayaran menjadi anggota bahkan bisa sampai 7 juta rupiah”, terangnya.
Inti dari gerakan NII KW 9 pada dasarnya menurut Sholahuddin adalah mengumpulkan dana. Cara mengenali dakwah mereka salah satunya dengan mencermati dalil agama yang kerap dikalitkan dengan pengumpulan dana. Misanya jihad yang diidentikkan dengan jihad harta. “Inti ajaran agamanya adalah tauhid RMU (Rububiyah, Mulkiyah dan uluhiyah). Kalau ada orang bicara tauhid RMU, bisa dipastikan mereka adalah aktivis NII. Ada juga yang mengaitkan dakwahnya dengan hijrah ke Madinah”, jelas kontributor salah satu situs berita online ini.
Selanjutnya menurut Sholahuddin, identifikasi yang paling mudah dilakukan dalam mengenali para aktivis NII adalah perubahan perilaku mereka terutama berkaitan dengan dana. Setelah direkrut, si anggota baru berkewajiban merekrut anggota baru demi terkumpulnya dana. “Biasanya targetnya 10 orang per bulan. Sehingga mereka akan jarang kuliah, menjual barang, bahkan mencuri harta orang yang mereka anggap kafir”.
Sholahuddin jua menambahkan, selain merekrut anggota secara besar-besaran, para aktivis NII juga mengumpulkan sumbangan. Orang-orang dikirim ke berbagai daerah untuk mencari sumbangan atas nama sebuah yayasan yatim piatu atau yayasan lain. “Kalau ada yang memberi amplop ketika kita akan mengambil uang di ATM, nah itu orang NII. Muncul juga banyak kasus orang hilang. Mereka sebenarnya dikirim NII ke daerah-daerah untuk mencari dana”, tandasnya.
Kepala Unires UMY, Ghoffar Ismail, M.A menjelaskan, kuliah umum ini memang diadakan dengan tujuan pemahaman para penghuni Unires akan bahaya aliran-aliran sesat yang semakin berkembang. “Lebih dari itu, kami harap mahasiswa dapat mengenali dan mencegah ajaran sesat masuk ke dalam setiap individu” terang Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMY ini.
Dalam kegiatan tersebut, UMY juga meresmikan program Unires periode 2011-2012 serta Program Sepeda untuk Pergi ke Masjid dan Kuliah (Segimaskul) dalam upaya mempermudah pengembangan kegiatan mahasiswa.