Sebanyak 1223 mahasiswa dari berbagai jurusan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) resmi dilepas dan diterjunkan dalam kegiatan Kulih Kerja Nyata (KKN) Tematik periode 2014. Pelepasan 1223 mahasiswa tersebut dipimpin oleh Wakil Rektor 1 UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P, yang ditandai dengan diterbangkannya “Bola Perdamaian”. Adapun para mahasiswa tersebut nantinya akan disebar di 43 lokasi, yang mencakup kawasan kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Sleman, Kulonprogo, Purworejo, dan Magelang.
Dalam sambutannya, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP menyampaikan bahwa upacara pelepasan mahasiswa KKN tersebut baru terlaksana untuk kedua kalinya. Setelah selama 11 tahun sebelumnya, pelepasan KKN dilakukan secara terpisah-pisah sesuai dengan fakultas masing-masing. “Jadi ini adalah kali keduanya kami melepas mahasiswa KKN ini secara bersamaan. Selain itu, jumlah mahasiswa KKN pada periode ini adalah yang paling banyak,” ujarnya.
Gunawan juga berpesan pada mahasiswa yang akan menjalani tugasnya tersebut agar bisa menggali problem-problem sosial yang dihadapai oleh masyarakat. Sebab menurutnya, KKN yang akan diselenggarakan pada periode ini adalah KKN problematik, jadi mahasiswa diharuskan untuk bisa peka dengan kondisi sosial, kemudian mencarikan solusi bagi problem-problem sosial tersebut. “Program KKN kali ini adalah problematik. Saya tahu ada ketegasan lebih pada diri kalian, karena kalian adalah pemuda. Jadi kami harapkan kalian bisa menggali problem-problem sosial di masyarakat dan bisa merumuskan solusi yang tepat bagi mereka, karena kalian adalah modal utama yang sangat berguna bagi bangsa kita,” pesan Gunawan pada mahasiswanya.
Hal senada juga disampaikan ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan, Penelitian dan Masyarakat (LP3M) UMY, Hilman Latief, S.Ag., M.A., Ph.D. Menurutnya, mahasiswa yang menjalani KKN itu sedang melangkah untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar. Karena dengan terjun langsung ke masyarakat itulah mereka bisa belajar mengenai kehidupan. “Semoga dengan langkah kecil ini bisa menjadi jalan untuk kalian meraih langkah dan kesuksesan yang besar, setelah lulus dari UMY ini. Dan dengan simbol “Bola Perdamaian” itu, semoga kalian juga bisa menjadi agen-agen perdamaian di tempat KKN kalian masing-masing,” ungkapnya.
Sementara itu, Sutrisno, SP, MP selaku penanggung jawab KKN Tematik ini mengatakan, KKN yang dijalani oleh 1223 mahasiswa tersebut juga sudah ditentukan temanya, yakni KKN Pemberdayaan, serta KKN Potensi Alam dan Sosial untuk pengentasan kemiskinan. Akan tetapi, sebelum diterjunkan mahasiswa terlebih dahulu diminta untuk melakukan observasi terkait masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat. “Barulah kemudian mereka merancang program apa yang akan mereka terapkan untuk mengatasi masalah tersebut. Observasi masalahnya juga harus terkait dengan tema yang sudah ditentukan itu,” ujarnya.
Sutrisno juga mengemukakan, ada 34 desa yang akan menjadi mitra UMY untuk KKN Tematik tersebut. Pada masing-masing desa bisa mengajukan dua hingga empat lokasi setingkat dusun yang memiliki potensi unggulan untuk dikembangkan. “Pada lokasi-lokasi itulah mahasiswa KKN kita terjunkan. Agar mereka bisa mendampingi masyarakat setempat untuk mengelola potensi daerahnya,” ungkapnya.
Namun, hal itu menurut Sutrisno, tidak bisa dilakukan secara cepat. Apalagi waktu KKN Tematik yang diberikan untuk setiap angkatan itu hanya berkisar sekitar 1 hingga 2 bulan. Atau dalam hitungan jam kerja efektifnya adalah 240 jam. Karena itulah, menurutnya, pendampingan dan penerjunan KKN Tematik pada satu lokasi itu akan dijalani selama dua hingga empat tahun, atau hingga delapan sampai sepuluh kali KKN. “Jadi, dalam KKN Tematik ini, sudah ada beberapa desa yang lebih dari satu kali menjadi tempat mahasiswa KKN. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendampingi program yang sudah dijalankan oleh mahasiswa KKN sebelumnya, kemudian mengevaluasi hasil programnya. Dengan begitu, kita akan tahu apakah program itu cocok dilaksanakan di daerah itu ataukah tidak. Pendampingan yang berkala pada satu desa itu juga bisa menjadi nilai lebih tersendiri bagi desa itu. Sebab di samping sudah mendapatkan program untuk mengelola potensi desanya, mereka juga bisa merasakan efek positif dari keberadaan mahasiswa KKN,” paparnya.
Karena itu dirinya berharap, pola KKN tematik semacam itu bisa terus terlaksana, dan semakin banyak desa atau dusun yang berkeinginan untuk menjadi desa mitra. “Kami juga berencana untuk mengadakan KKN bersama dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah lainnya. Harapannya agar masyarakat bisa merasakan efek positif dari keberadaan universitas dan mahasiswa yang bisa membantu mereka dan bisa membuat masyarakat lebih mandiri,” ungkapnya. (Sakinah)