Universitas Muhammadiyah menggelar acara Rapat Kerja Tahunan (RKT) 2018, yang diselenggarakan di Gedung AR.B Lt.5 Senin (20/8). Acara ini bertemakan Penguatan Kualitas Akademik Bertaraf Internasional dan Peletakan Dasar Kemandirian Institusi Menuju Pencapaian Pengakuan Internasional.
Rektor UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. membuka RKT 2018 dengan mengharapkan adanya kemajuan lebih baik pada program pendidikan karakter yang ada di UMY, sekaligus menekankan pentingnya Indeks Kinerja Strategis. Sehingga UMY mampu berdiri sejajar dengan 12 Perguruan Tinggi Swasta Favorit Muhammadiyah, meskipun UMY baru menginjak usia 37 tahun.
Poin utamanya dalam RKT 2018 ini adalah UMY bisa bersaing di area global internasional dalam ruang lingkup akademik. Beberapa prestasi dan target pun sudah tersusun untuk mewujudkan UMY yang berkemajuan. Gunawan menjabarkan prestasi dan target yang harus ditingkatkan UMY dalam sidang pleno 1 yang bertemakan Arah dan Kebijakan Strategis 2018-2019. Untuk targetnya, diharapkan UMY pada tahun 2020 mendatang bisa dikenal internasional dalam ruang lingkup akademik. Sebagai jejak langkah menuju ke arah internasional itu, sudah ada dosen yang semakin banyak diundang dalam kegiatan luar negeri dan beberapa buku karya dosen UMY diterbitkan di luar negeri.
Sementara untuk prestasi yang sudah berhasil dicapai sejauh ini, 20 Prodi di UMY berhasil mempertahankan akreditasi A. 4 Prodi diantaranya yakni dari Ilmu Hukum, Ilmu Agroteknologi, Ilmu Manajemen dan Ilmu Komunikasi berhasil mempertahankan akreditasi A dengan indeks skor yang meningkat. Gunawan pun menekankan pentingnya meningkatkan skor akreditasi. “Isunya kita adalah skor meningkat, bukan hanya sekedar A,” tegasnya.
Prestasi berikutnya, UMY sudah memiliki 7 jurnal yang terakreditasi. Hal ini cukup penting untuk meningkatkan skor sitasi. “Masih ada 3 jurnal lagi yang diusahakan bisa segera terakreditasi, dua diantaranya dari Prodi Ilmu Hukum dan Ilmu Komunikasi, dan satu jurnal pengabdian dengan judul Berdikari. Jadi nantinya sudah ada 10 jurnal yang terakreditasi,” papar Gunawan lagi.
UMY sendiri berhasil masuk ranking 42 besar terbaik Perguruan Tinggi di Indonesia. Gunawan berharap UMY bisa meningkatkan kualitasnya sehingga menembus ranking 30 besar kedepannya. Masalah yang harus diselesaikan demi mencapai target tersebut adalah peningkatan SDM, khususnya tenaga pendidik yang berlatar belakang doktor, dan memberlakukan sistem DO (Drop Out) kepada mahasiswa lama. Ditegaskan lagi untuk mahasiswa S1 agar menyelesaikan studinya maksimal lima tahun, jika lebih dari itu maka pihak prodi harus tegas.
“Kita (UMY) masih abnormal sehingga berada di urutan ke-42, mau tidak mau harus tembus ranking ke-30 untuk 100 perguruan tinggi di Indonesia. Masalahnya lagi adalah para dosen terlalu cinta terhadap mahasiswa tua, yang membebani skor (akreditasi). Masih ada 4.324 mahasiswa yang punya nomor mahasiswa 2012 ke bawah, dan diharapkan mereka segera diproses dengan memberikan SK-DO.”
Tak hanya itu, dari sekian mahasiswa yang tercatat belum menyelesaikan studinya juga datang dari program Pascasarjana. Gunawan mengharapkan kepada jajaranannya untuk melakukan sidak terhadap 4.324 mahasiswa tersebut yang tidak jelas statusnya. Karena mereka hanya membebani skor di Kemenristekdikti.
Kedepannya menuju tahun 2019-2020 lulusan UMY bisa semakin berkualitas dan membanggakan, dengan memperbaiki sistem dan konstruksi alumni yang baik. Salah satu langkah yang harus dijalankan demi terciptanya mutu dan kualitas adalah Gunawan menghimbau untuk seluruh prodi melakukan reakreditasi sebelum 1 Januari. “Saya ucapkan selamat datang sistem akreditasi nasional Dikti 2019, yang akan diberlakukan mulai 1 Januari 2019. Beberapa prodi UMY juga kita minta untuk melakukan reakreditasi agar tidak sampai melampaui 1 Januari,” tutupnya. (Habibi)