Berita

UMY Terima Benchmarking LLDIKTI IX: Tingkatkan Kualitas Pendidikan Perguruan Tinggi

LLDIKTI IX UMY

Di era globalisasi yang terus berkembang, dunia pendidikan di Indonesia pun turut menghadapi tantangan besar untuk terus berinovasi dan bersaing tidak hanya di kancah nasional tetapi juga internasional. Dewasa ini perguruan tinggi dihadapkan dengan tuntutan untuk terus meningkatkan kualitasnya secara berkelanjutan, baik dalam kurikulum, teknologi, dan bahkan metode pengajaran. Untuk terus bisa memenuhi tuntutan dalam hal penguatan dan pengembangan kualitas pendidikannya, benchmarking menjadi salah satu cara dengan melakukan adopsi praktik dari suatu institusi atau perguruan tinggi lain.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menerima benchmarking dari LLDIKTI (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) Wilayah IX pada Rabu (12/02) di Ruang sidang Gedung AR. Fachruddin B Lt. 5 UMY. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua LLDIKTI Wilayah IX Dr. Andi Lukman, M.Si bahwa benchmarking ini merupakan rangkaian kegiatan dari rapat kerja LLDIKTI Wilayah IX. Di mana LLDIKTI Wilayah IX yang membawahi 45 perguruan tinggi di Makassar, Sulawesi Selatan merasa masih perlu adanya pembenahan guna meningkatkan kualitas pendidikan perguruan tinggi di Kota Makassar.

“Benchmarking ini dilakukan untuk melihat kinerja perguruan – perguruan tinggi hebat yang ada di Indonesia, salah satunya UMY. Lebih dari itu, kami menyadari bahwa masih perlu berguru dan belajar dengan universitas lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Di sini kami sangat ingin mengetahui bagaimana manajemen perguruan tinggi dan berbagai pembenahan yang dilakukan UMY di tengah turbulensi yang sedang terjadi,” ungkap Andi.

Dalam menghadapi turbulensi di dunia pendidikan yang terjadi baru – baru ini, UMY banyak melakukan pembenahan dari tiga level sekaligus yakni pada level strategis, tata kelola serta manajemen, dan teknis operasional. Pada level strategis, kampus Muda Mendunia ini melakukan pemetaan peluang risiko yang dapat terjadi sewaktu – waktu. Hal ini sebagaimana dikemukakan Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Aset UMY, Rudy Suryanto, S.E., M.Acc., Ph.D., Ak., CA.

“Pemetaan resiko ini dilakukan pada empat aspek yaitu aspek politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Aspek politik saat ini seperti adanya perubahan rezim dan banyaknya aturan baru dari pemerintah benar – benar memengaruhi kondisi pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu, mau tidak mau UMY harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan rezim saat ini,” jelas Rudy.

Rudy pun menjelaskan kampus Muda Mendunia yang memiliki milestone ketiga yaitu sebagai entrepreneurial university ini pun melakukan pembenahan dan pembentukan strategi bisnis yang diturunkan menjadi beberapa strategi. Strategi pertama adalah meningkatkan kuota mahasiswa baru yang masih potensial di beberapa program studi (prodi) seperti di Prodi Kedokteran dan Kedokteran Gigi. Kedua, menyesuaikan tarif yang fleksibel bagi calon mahasiswa dengan meningkatkan kualitas sarana serta prasarana. Ketiga, membuka prodi baru.

“Keempat, kami juga melakukan pemantauan di setiap prodi untuk memastikan bahwa pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga di sini kami memastikan bahwa dosen memiliki komunikasi yang baik dengan mahasiswa. Dengan kata lain UMY memegang teguh prinsip zero complaint. Dan yang terakhir adalah kami menyediakan kemudahan pembayaran bagi mahasiswa,” tambahnya.

Untuk mewujudkan entrepreneurial university, UMY melakukan manajemen perguruan tinggi berbasis kinerja sejak tahun 2017. Ir. Slamet Riyadi, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UMY menjelaskan hakikatnya manajemen perguruan tinggi yang dilaksanakan mengadopsi standar – standar dari akreditasi dan penilaian perangkingan internasional.

“Setelah ditelaah lebih mendalam, terdapat lima urgensi yang mendorong UMY menerapkan manajemen perguruan tinggi berbasis kinerja. Lima urgensi tersebut terdiri dari peningkatan kualitas pendidikan, efisiensi operasional & sumber daya, relevansi lulusan, kompetisi nasional & global, serta kontribusi masyarakat & IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi),” ujar Slamet.

Kampus dengan tagline “Muda Mendunia” ini pun memiliki tiga filosofi kolaborasi dalam menggerakkan manajemen perguruan tingginya. Di mana Slamet menuturkan bahwa tiga filosofi ini adalah nggandheng (menggandeng), nggeret (menarik), dan nggendhong (menggendong). (NF)