United Kingdom (persatuan negara-negara Britania Raya), yang terdiri dari Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia bagian utara, tahun ini membuka peluang beasiswa S2 bagi 70 mahasiswa Indonesia. Namun, beasiswa ini akan diberikan pada sarjana lulusan S1 Indonesia yang telah mempunyai pengalaman minimal dua tahun kerja.
Demikian disampaikan Rowena Rompas, koordinator alumni Chevening Scholarships, UK Government Scholarships, untuk Indonesia saat melakukan kunjungannya ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jum’at (24/10). Dalam kunjungan ini, ia juga sekaligus mensosialisasikan beasiswa S2 yang disediakan oleh UK.
UK sendiri menurutnya, setiap tahunnya memberikan beasiswa tersebut pada 150 negara di dunia, termasuk Indonesia. Jika pada tahun sebelumnya, jatah beasiswa yang diberikan pada Indonesia hanya untuk 25 sampai 30 pendaftar, maka pada tahun ini jatah tersebut meningkat hingga tiga kali lipat. “Untuk tahun ini, Pemerintah UK menyediakan beasiswa S2 untuk 1500 orang secara global. Dan untuk Indonesia sendiri ada peningkatan hingga tiga kali lipat. Kalau sebelumnya hanya disediakan beasiswa untuk 25 sampai 30 orang, maka tahun ini menjadi 70 orang,” urainya.
Peningkatan jatah beasiswa ini menurutnya, harus bisa digunakan sebaik-baiknya oleh para sarjana di Indonesia. Khususnya bagi mereka yang mempunyai motivasi dan keinginan kuat untuk membangun bangsanya menjadi lebih maju dan dikenal oleh dunia. “Beasiswa ini memang bukan ditujukan pada orang-orang yang punya motivasi lemah atau pesimis untuk kemajuan bangsanya. Beasiswa ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin menjadi pemimpin bangsa dan bisa memberikan kontribusi berharga pada negaranya,” ungkapnya.
Rowena pun menyebutkan beberapa alumni dari Chevening Scholarships, UK Government Scholarships, yang juga tercatat menjadi orang-orang yang cukup berpengaruh dan memiliki kontribusi besar untuk Indonesia. “Di Indonesia, penerima Chevening Scholarships ini ada Riri Riza (sutradara, penulis naskah dan produser film), Ahmad Fuadi penulis buku 5 Menara, Menteri Lingkungan Hidup RI, Balthasar Kambuaya, dan masih banyak lagi yang lain,” ujarnya.
Rowena juga menambahkan, selain syarat berupa dua tahun pengalaman kerja, dan memiliki motivasi kuat untuk membangun karir untuk 5 sampai 10 tahun ke depan, ada persyaratan lain yang juga harus dipenuhi oleh calon pendaftar. “Selain dua kriteria itu, ada juga persyaratan lain seperti warga negara Indonesia, memegang ijazah S1, lulus S1 dengan IPK minimal 3, dan memiliki skor IELTS 6.5. Kemudian untuk pengalaman kerjanya juga dibuktikan dengan menyertakan surat referensi dan mendapat keterangan dari dua pimpinan sebagai pemberi rekomendari dan referensi. Sementara untuk seleksinya akan dilakukan di Kedutaan Inggris di Jakarta,”imbuhnya. Ia juga menyarankan bagi sarjana yang berminat untuk membuka website resmi Chevening, yakni di www.chevening.org. Pendaftaran penerimaan beasiswa ini juga telah dibuka sejak 1 Agustus 2014, dan akan berakhir pada 15 November 2014.
Sementara itu, salah seorang alumni S2 dari London Metropolitan University, Omi Onge, menyampaikan pengalamannya menempuh studi di Inggris. Menurutnya, jika orang Indonesia ingin melanjutkan studi ke Inggris ada beberapa hal yang mungkin akan mejadi kesulitan dan tantangan yang harus siap dihadapi, yakni aksen British dan cuaca.
“Selama satu bulan, saya harus bisa beradaptasi menggunakan bahasa Inggris dengan aksen British. Karena bahasa Inggris yang biasanya kita gunakan sangat berbeda jika digunakan di sana. Saya seperti merasa berada di dunianya Harry Potter,” ungkap Omi yang juga alumni Hubungan Internasional (HI) UMY ini lagi.
Sementara untuk menghadapi cuaca yang sangat berbeda dengan Indonesia, ia menyarankan agar pelajar Indonesia lebih baik tidak menyediakan atau membeli jaket tebal dari Indonesia. “Umumnya, perkuliahan di Inggris dimulainya bulan September atau Oktober, sudah masuk musim dingin. Jadi kalau mau kuliah di sana, lebih baik sedia dan beli jaket tebal langsung di Inggris, karena kalau belinya di Indonesia, saat dipakai di sana akan tetap terasa dingin. Karena bahan material pembuatan jaketnya berbeda,” imbuhnya.