Mengambil pilihan untuk menjadi seorang diplomat dibutuhkan keputusan yang cukup matang dan rasa percaya diri yang tinggi, karena banyak tantangan yang akan didapat untuk menjadi seorang diplomat, salah satunya yaitu mampu menjalin hubungan yang baik dengan negara lain, dengan kemampuan komunikasi yang harus dimiliki oleh seorang diplomat. Hal tersebut diungkapkan Judith A Moon, selaku Public Affairs Officer US Embassy dalam acara Afternoon Tea Talk yang diselenggarakan oleh American Corner (AMCOR) Universitas Muhammadiyah Yogyakartan (UMY) pada Rabu (16/9) bertempat di Central Library Amcor UMY gedung D lantai 2.
Selain kemampuan komunikasi yang baik, seorang diplomat harus mampu beradaptasi dengan cepat ketika ditugaskan ke negara lain. Adaptasi yang harus dilakukan salah satunya yaitu, dari segi kebudayaan, makanan, kondisi cuaca, dan bahkan gaya hidup negara lain. “Tantangan menjadi diplomat cukup besar, karena harus mampu beradaptasi dengan kondisi negara yang menjadi tujuan kita, karena akan banyak hal-hal yang tidak biasa kita dapatkan ketika berada di negara lain, dan harus memeras otak untuk berfikir cepat dalam menyelesaikan dan menghadapi kondisi tersebut,” ungkapnya.
Selain itu, kemampuan dalam membangun relasi yang baik antar negara juga dibutuhkan oleh seorang diplomat, dan seorang diplomat juga harus mampu membangun kinerja yang baik dengan staff-staffnya. “Seorang diplomat selain mampu membangun relasi dengan negara lain, menjalin kinerja yang baik dengan staff-staffnya juga diperlukan, yaitu untuk memperbaiki dan melihat kondisi internalnya, jika kondisi di internalnya saja tidak baik, bagaimana ingin menyelesaikan urusan eksternalnya, seperti urusan antar negara,” ucapnya.
Ditambahkan Judith, pengalamannya menjadi diplomat USA salah satunya yaitu harus mampu menerima kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, yang terkadang tidak sesuai dengan pendapatnya. “ Menjadi dilema ketika seorang diplomat berbeda pemikiran dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, namun bagaimana pun juga seorang diplomat harus mampu menyembunyikan ketidaksetujuannya dengan pemerintah, dan saya merasa perbedaan pemikiran tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk menjalani pekerjaan menjadi diplomat,” tambahnya.
Puthut Ardianto,S.Pd.,M.Pd, selaku kepala Amcor UMY mengungkapkan, tujuan dari terselenggaranya Afternoon Tea Talk dengan tema “How to be a good diplomat” yaitu sebagai bentuk diskusi dengan pakar ataupun tokoh yang sudah terjun secara langsung menjadi diplomat. “Kegiatan ini menjadi ajang tambahan ilmu baru bagi mahasiswa UMY yang berkeinginan untuk menjadi seorang diplomat, dan mengetahui bagaimana cara untuk menjadi diplomat yang baik,” ungkapnya.
Ditambahkan Puthut, selain menambah ilmu dan pengalaman untuk menjadi diplomat, kegiatan diskusi seperti ini diharapkan dapat melatih kemampuan mahasiswa UMY dalam berdiskusi dan berbicara dengan menggunakan bahasa asing, salah satunya yaitu bahasa Inggris. “Acara diskusi seperti ini rutin kami lakukan setiap minggunya, yaitu bertujuan untuk membangun rasa percaya diri mahasiswa dalam menggunakan bahasa asing, dan untuk mengundang akademisi atau praktisi dalam bidang tertentu kami akan menjadwalkan tersendiri,” tambahnya.