Berita

Upaya Penanganan Wabah Covid-19 di Lingkungan Kampus, UMY Produksi Hand Sanitizer

Wabah pandemi COVID-19 merupakan wabah serius yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia, akibat wabah ini pun memunculkan kelangkaan persediaan hand sanitizer dan masker yang dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan sivitas akademika. Oleh karena itu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)  sebagai kampus sehat menyikapi adanya kelangkaan hand sanitizer dengan melakukan produksi hand sanitizer sesuai dengan kebutuhan aktivitas internal sivitas akademika UMY.

Dr. Suryo Pratolo, M.Si., Ak.,CA.,AAP-A., Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Keuangan UMY, saat dihubungi pada Minggu (22/3) menyampaikan bahwa produksi hand sanitizer tersebut dilakukan sebagai upaya preventif UMY dalam menghadapi wabah pandemi COVID-19. ”Produksi hand sanitizer ini sebagai bentuk upaya preventif adanya wabah pandemi COVID-19. Hand sanitizer ini nantinya akan didistribusikan secara internal sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika UMY,” jelasnya.

Suryo juga menambahkan bahwa distribusi hand sanitizer ini tidak hanya saat wabah pandemi COVID-19 saja, namun akan diberlakukan tahun selanjutnya agar menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan kampus. ”Distribusi ini tidak berhenti saat adanya wabah pandemi ini saja, namun akan diberlakukan  tahun selanjutnya agar sivitas akademika UMY selalu menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan UMY,” tambahnya.

Selanjutnya  juga disampaikan oleh Sabtanti Harimurti, Ph.D,Apt, Kepala Prodi Farmasi FKIK UMY bahwa pembuatan hand sanitizer dilakukan sejak wabah COVID-19 merebak di Indonesia, tepatnya sekitar dua minggu yang lalu saat daerah Yogyakarta dan Solo sudah dinyatakan kasus positif COVID-19. “Latar belakang pembuatannya  adalah karena rasa ingin membantu UMY dalam mengurangi penularan COVID-19 di UMY. Rencana pertama hanya ingin membuat untuk prodi di FKIK saja, tetapi ternyata seluruh universitas memang mendukung, akhrinya kami membuat untuk seluruh civitas UMY. Oleh karena itu juga, urgensinya adalah  kami sadar bahwa wabah COVID-19 tidak bisa menunggu sampai merebak banyak. Kami berusaha sebisa kami untuk membantu mengurangi penyebaran. Tanggung jawab kami selaku tenaga kesehatan yang berada di UMY ini merasa wajib bergerak untuk menjaga kesehatan masyarakat, khususnya UMY. Kami sangat merasa bahagia kalau ternyata formula kami diterima dengan baik oleh UMY dan  harapannya UMY bebas dari COVID-19,” jelasnya.

Sabtanti juga menyampaikan bahwa bahan utama yang digunakan untuk membuat hand sanitaizer dengan menggunakan alkohol. ”Bahan utama untuk pembuatannya menggunakan alkohol kemudian bahan lainnya
adalah humektan atau pelembut agar tangan kita tidak menajadi kasar atau kering. Selanjutnya adalah minyak aroma terapi untuk menutup bau alkohol yang sangat kuat. Hal terpenting dalam pembuatan ini adalah konsentrasi alkohol yang harus terkandung di dalam hand sanitizer. Review jurnal yang terbit januari 2020 oleh peneliti Jerman menyebutkan bahwa kadar alkohol harus antara 62 -71 persen untuk bisa menonaktifkan mikroba dalam 1 menit. Sehingga hal ini wajib diperhatikan. Perlu dilakukan kalkulasi yang baik agar tidak salah. Mengapa begitu, bahan baku alkohol yang digunakan konsentrasinya berbeda-beda, ada yang 98 persen, 96 persen atau yang 95 persen. Jadi sebelum dibuat harus dihitung dengan baik dulu agar konsentrasinya tepat. Rumus pengenceran berlaku di
sini,” paparnya.

“Kapasitas produksi kami adalah 40 – 50 liter per hari. Hal ini karena keterbatasan tempat produksi dan peralatannya yang memang bukan dirancang untuk produksi banyak tapi untuk pembelajaran mahasiswa. Selama ini produksi dilakukan di laboratorium teknologi farmasi. Kemudian hand sanitizer saat ini hanya dibuat untuk keperluan UMY. Untuk bisa diedarkan keluar atau diperjual-belikan harus ada ijin edar yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan. Sekarang pengelolaan dilakukan oleh PT UMB, dan sampai saat ini hanya dipakai sendiri untuk memenuhi standar protokol kesehatan dalam menghadapi wabah COVID-19 di UMY. Ke depan harapannya ijin edar bisa diperoleh dan PT UMB bisa menjual keluar selain memenuhi untuk memenuhi kebutuhan UMY.  Dan ini adalah prestasi kalau bisa sampai seperti itu, karena merupakan bukti hilirisasi produk Penelitian Prodi Farmasi. Hand sanitizer yang kami produksi ini sudah melalui uji stabilitas dan aceptabilitas  serta uji antimikroba (E. coli). Hasil uji daya hambat membuktikan hand sanitizer yang dibuat setara dengan kontrol positif hand sanitizer yang dijual di pasaran. Kemudian untuk daya bunuh bakterinya lebih baik atau lebih besar dibanding dengan hand sanitizer di pasaran yang dipakai sebagai pembanding,” tegasnya.

Sama halnya yang dilakukan di Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi juga berinisiatif untuk membuat hand sanitizer. Hal ini disampaikan oleh Dr. Innaka Ageng Rineksane,SP.,MP., Kepala
Program Studi Agroteknologi FP UMY bahwa hand sanitizer dibuat sejak  merebaknya COVID-19, tepatnya tanggal 13 Maret 2020. “Setelah ada usulan dari dosen Agroteknologi untuk membuat hand sanitaizer  untuk kalangan sendiri, dan adanya support dari dekan. Yang terlibat dalam pembuatan laboran laboraturium Agrobioteknologi bekerja sama dengan Agriculture Training Centre (ATC) dan alumni prodi Agroteknologi. dan hasil pembuatan ini digunakan secara gratis oleh seluruh dosen, tendik, temporary staf FP,” tutupnya.(Sofia)