Berita

Warga Korban Merapi Harus Bersatu untuk Kehidupan Lebih Baik

Untuk kehidupan yang lebih baik, para warga korban merapi harus bersatu dalam membangun tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan untuk mencapai keadaan yang lebih baik, karena senyaman-nyamannya tempat pengungsian tentu masih nyaman di rumah sendiri.

Untuk kehidupan yang lebih baik, para warga korban merapi harus bersatu dalam membangun tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan untuk mencapai keadaan yang lebih baik, karena senyaman-nyamannya tempat pengungsian tentu masih nyaman di rumah sendiri.

Demikian disampaikan Bupati Sleman Sri Purnomo ketika memberikan pengarahan kepada para pengungsi dalam Pelepasan Pengungsi Merapi Posko Bencana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Rabu (24/11) di Lantai dasar Masjid Ahmad Dahlan Kampus Terpadu UMY.

Menurutnya semua warga harus bersatu baik dengan Kepala Dukuh, Kepala Desa, Camat dan warga lainnya. “Ini dilakukan agar tercapai kesepakatan apa yang akan dilakukan selanjutnya, tindakan apa yang akan diambil untuk membangun wilayahnya. Tentu saja dengan bantuan dari berbagai pihak. Seperti dalam rencana pembangunan 2500 shelter nantinya,”urai Sri Purnomo.

Sementara itu penanggung jawab Posko Merapi UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto menjelaskan sampai pada saat pelepasan para pengungsi jumlah pengungsi yang masih tersisa adalah 246 pengungsi yang berasal dari Kecamatan Cangkringan maupun Kecamatan Pakem. Sedangkan jumlah pengungsi sebelumnya mencapai sekitar 500 pengungsi. “Berkurangnya jumlah pengungsi tersebut disebabkan adanya keputusan pemerintah untuk menurunkan radius kerawanan bencana dari 20 km menjadi 10 km untuk kawasan Turi, Tempel dan sebagian Pakem serta menjadi 15 km untuk kawasan Cangkringan dan sebagian Pakem sehingga banyak pengungsi yang telah terlebih dahulu pulang ke rumahnya masing-masing.”tuturnya.

Terkait berpindahnya para pengungsi ke Harjobinangun tersebut, Gunawan menguaraikan meskipun para pengungsi telah kembali atau tidak di pengungsian lagi, UMY masih akan membantu untuk masa pemulihan. “Hal ini dilakukan karena akibat belum pulihnya potensi dan kondisi kehidupan di daerah asal bisa menimbulnya kerentanan sosial, budaya, dan ekonomi pada minggu-minggu pertama pengungsi yang sudah kembali. Sehingga perlu dilaksanakan pendampingan masyarakat. Selanjutnya diperlukan pemetaan potensi dan ketersedianya sumberdaya baik alam, ekonomi dan manusia yang dapat dijadikan titik awal pelaksanaan proses pemulihan atau recovery.”tegas Gunawan.

Perwakilan pengungsi, Pitoyo yang juga sebagai Kepala Dukuh Wonorejo, berharap semoga setelah persinggahan kali ini di Harjobinangun merupakan yang terakhir. Karena sebelum di UMY ini mereka telah mengalami tujuh kali mengungsi. Ditambahkan oleh Pitoyo meskipun mereka nantinya akan kembali ke rumah masing-masing, mereka tetap membutuhkan pendampingan. “Hal ini dikarenakan jaringan infrastruktur yang belum sepenuhnya pulih. Seperti jaringan air bersih  maupun saluran irigasi yang putus.”jelasnya.