Dalam rangka memperingati Hari Franchoponie Internasional yang jatuh pada tanggal 19 Maret, Warung Prancis UMY kembali mengadakan Pekan Francophonie. Pada perhelatan di tahun ketiga ini, Warung Prancis UMY mengambil tema “Warung Prancis UMY en Francophonie” yang mempunyai arti Warung Prancis yang menjadi bagian dari Francophonie.
Seperti yang dikatakan oleh Direktur Warung Prancis UMY, Puthut Ardianto dalam sela-sela Seminar Francophonie di hall Warung Prancis UMY, pada Selasa (21/3). “Jadi walaupun Indonesia bukan termasuk Negara anggota Francophonie, tetapi Warung Prancis UMY termasuk keluarga Franchoponie karena menggunakan Bahasa Prancis dalam pembelajarannya,”ungkapnya.
Francophonie sendiri merupakan sebuah selebrasi atau perayaan yang dilakukan oleh negara-negara di berbagai belahan dunia, baik negara yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa resminya ataupun negara-negara yang memiliki hubungan erat dengan Perancis baik hubungan politik ataupun budaya.
Putut menjelaskan bahwa Pekan Franchoponie sudah dimulai sejak Senin kemarin. Selain seminar, juga terdapat serangkaian acara dalam Pekan Francophonie. “Rangkaian acara sudah sejak hari Senin. Kami mengadakan La cuisine de la Francophonie yaitu acara memasak masakan dari dua negara anggota Francophonie, Thailand dan Prancis. Lanjut hari ini adalah seminar/ diskusi Bonjour, Rabu ada layar Prancis yaitu menonton, Lalu hari Kamis kami ikut International Cultural Festival (ICF) 2017 bersama Institute Francais Indonesie (IFI),”jelasnya.
Dia berharap melalui acara ini mahasiswa semakin mengenal Bahasa Prancis dan tidak ragu untuk belajar dan bisa menguasainya. Pasalnya dia melihat Bahasa Prancis kurang diminati oleh mahasiswa saat ini. “Harapannya kami ingin Bahasa Prancis dikenal di kalangan mahasiswa. Kami ingin membuka cakrawala mereka bahwa Bahasa Prancis sekarang telah menjadi Bahasa Internasional ketiga, di bawah Inggris dan China yang juga digunakan di seluruh dunia. Jadi kalau menguasai Bahasa Perancis, kesempatan go internasional lebih besar,”harapnya.
Sementara, acara Talkshow menghadirkan tiga pembicara yaitu Danisa, adalah seorang guru Bahasa Prancis yg berasal dari Ceko dan dua orang siswa Prancis yang sedang mengikuti pertukaran pelajar di SMA N 3 Yogyakarta dan SMK N Surakarta, Astried dan Elisa. Elisa mengaku lebih mudah memahami Bahasa Indonesia daripada Bahasa Negara lain yang mempunyai huruf berbeda. “Saya ingin belajar bahasa dan budaya Indonesia. Bahasa Indonesia menggunakan alphabet mirip dengan Bahasa Prancis, tidak seperti Jepang dan China yang mempunyai huruf sendiri. Jadi saya pikir lebih mudah mempelajarinya,” ujar Elisa.
Sementara Astried, mengaku senang dengan suasana dan keberagaman di Indonesia. “Saya suka dengan orang Indonesia yang sering tersenyum. Selain itu, di sini punya banyak latar budaya dan agama yang berbeda. Kita bisa belajar banyak dari hal itu,” jawabnya ketika ditanya Mengapa memilih Indonesia sebagai tujuan pertukaran pelajar. (bagas)