Penetapan peringkat universitas melalui Webometrics, bukan berarti penilaian dari bentuk website secara luar atau bentuknya saja. Namun, yang terpenting dari itu semua adalah isi website mencerminkan kegiatan di dalamnya. Website hanya dijadikan pintu keluar untuk melihat kualitas suatu universitas.
Demikian diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A saat ditemui di ruang rektor di gedung AR. Fakhruddin A lantai 1 kampus terpadu UMY, Jumat (15/2).
Bambang mengatakan, website itu sebagai tolak ukur Webometrics untuk melihat dan menilai, apa saja kegiatan yang telah dilakukan oleh suatu universitas. Kegiatan itu diantaranya seperti penelitian, seminar, konferensi, diskusi, workshop, pertukaran pelajar, serta kegiatan akademik lainnya.
Karena itulah menurut Bambang, Webometrics menilai bahwa universitas yang ia pimpin saat ini memang pantas untuk dihargai. Dan hasilnya bisa terlihat pada tahun ini, UMY berada di peringkat ke-14 se-Indonesia, serta peringkat pertama Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Jawa Tengah dan DIY.
“Tanpa adanya kegiatan-kegiatan tersebut, masyarakat luas tidak akan pernah tahu kita ini siapa. Website hanya dijadikan pintu keluar untuk melihat kualitas kami. Selain itu juga, karena banyaknya kegiatan yang kami laksanakan kemudian diinformasikan pada publik, maka inilah hasil yang kami dapatkan,” tutur Guru Besar Hubungan Internasional (HI) UMY ini.
Hal ini pun memiliki arti penting bagi institusi UMY sendiri. Bambang mengatakan, bahwa dengan meningkatnya ranking UMY ini dapat memberikan poin plus bagi UMY sebagai universitas swasta. “Selain untuk promosi, ini juga menjadi poin plus bagi kami sebagai salah satu universitas swasta, yang nantinya bisa menarik lebih banyak lagi calon mahasiswa baru.”
Bambang juga memaparkan bahwa peringkat yang didapatkan UMY pada tahun ini, menunjukkan bahwa UMY lebih kreatif dalam segi penelitian dan kegiatan yang bersifat akademis. Ia juga menginginkan pada periode berikutnya, UMY bisa naik ke peringkat 10 besar. “Kami harus bekerja ekstra keras dan lebih banyak berkarya untuk mencapai peringkat 10 besar bahkan bisa 5 besar,” paparnya.
Senada dengan Rektor UMY, Pelaksana Tugas Wakil Rektor I UMY, Navi Ananda Utama, M.S juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2014 mendatang UMY ditargetkan bisa naik ke peringkat 10 besar. “Secara normatif kami akan tetap mempertahankan apa yang sudah tercapai. Namun, kami juga akan meningkatkan jumlah publikasi internasional yang terindeks, dan juga kerja sama luar negeri. Tujuannya adalah untuk mencapai target kami selanjutnya, yaitu menjadi 10 besar, kemudian masuk 5 besar,” ungkapnya.
Navi juga mengakui bahwa penilaian dari Webometrics pada setiap tahunnya selalu berubah. Webometrics menggunakan tolak ukur sendiri dalam menentukan rangking universitas. “Penilaian atau penentuan ranking tiap tahunnya beda. Dan beda itu bukan semakin mudah, tapi justru semakin sulit. Namun, tentunya kami akan tetap meningkatkan kualitas dalam proses pendidikan dan penelitian.”
Selain itu, menurut Navi, Webometrics juga bukan sekadar menentukan rangking website. Webometrics merupakan cerminan dari pengelolaan universitas pada bidang proses pengajaran, pendidikan, dan penelitiannya. Itulah poin penting pada penilaian Webometrics, imbuh Navi lagi, karena yang dilihat bukan bagus tidaknya atau mudah diaksesnya suatu website. Tetapi lebih pada bagaimana proses belajar mengajar dan seperti apa penelitian yang dihasilkan. “Itulah kemudian yang dimunculkan di website yang nantinya dinilai oleh Webometrics. Jadi yang terpenting adalah proses pendidikannya.”
Penetapan peringkat universitas melalui Webometrics, bukan berarti penilaian dari bentuk website secara luar atau bentuknya saja. Namun, yang terpenting dari itu semua adalah isi website mencerminkan kegiatan di dalamnya. Website hanya dijadikan pintu keluar untuk melihat kualitas suatu universitas.
Demikian diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A saat ditemui di ruang rektor di gedung AR. Fakhruddin A lantai 1 kampus terpadu UMY, Jumat (15/2).
Bambang mengatakan, website itu sebagai tolak ukur Webometrics untuk melihat dan menilai, apa saja kegiatan yang telah dilakukan oleh suatu universitas. Kegiatan itu diantaranya seperti penelitian, seminar, konferensi, diskusi, workshop, pertukaran pelajar, serta kegiatan akademik lainnya.
Karena itulah menurut Bambang, Webometrics menilai bahwa universitas yang ia pimpin saat ini memang pantas untuk dihargai. Dan hasilnya bisa terlihat pada tahun ini, UMY berada di peringkat ke-14 se-Indonesia, serta peringkat pertama Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Jawa Tengah dan DIY.
“Tanpa adanya kegiatan-kegiatan tersebut, masyarakat luas tidak akan pernah tahu kita ini siapa. Website hanya dijadikan pintu keluar untuk melihat kualitas kami. Selain itu juga, karena banyaknya kegiatan yang kami laksanakan kemudian diinformasikan pada publik, maka inilah hasil yang kami dapatkan,” tutur Guru Besar Hubungan Internasional (HI) UMY ini.
Hal ini pun memiliki arti penting bagi institusi UMY sendiri. Bambang mengatakan, bahwa dengan meningkatnya ranking UMY ini dapat memberikan poin plus bagi UMY sebagai universitas swasta. “Selain untuk promosi, ini juga menjadi poin plus bagi kami sebagai salah satu universitas swasta, yang nantinya bisa menarik lebih banyak lagi calon mahasiswa baru.”
Bambang juga memaparkan bahwa peringkat yang didapatkan UMY pada tahun ini, menunjukkan bahwa UMY lebih kreatif dalam segi penelitian dan kegiatan yang bersifat akademis. Ia juga menginginkan pada periode berikutnya, UMY bisa naik ke peringkat 10 besar. “Kami harus bekerja ekstra keras dan lebih banyak berkarya untuk mencapai peringkat 10 besar bahkan bisa 5 besar,” paparnya.
Senada dengan Rektor UMY, Pelaksana Tugas Wakil Rektor I UMY, Navi Ananda Utama, M.S juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2014 mendatang UMY ditargetkan bisa naik ke peringkat 10 besar. “Secara normatif kami akan tetap mempertahankan apa yang sudah tercapai. Namun, kami juga akan meningkatkan jumlah publikasi internasional yang terindeks, dan juga kerja sama luar negeri. Tujuannya adalah untuk mencapai target kami selanjutnya, yaitu menjadi 10 besar, kemudian masuk 5 besar,” ungkapnya.
Navi juga mengakui bahwa penilaian dari Webometrics pada setiap tahunnya selalu berubah. Webometrics menggunakan tolak ukur sendiri dalam menentukan rangking universitas. “Penilaian atau penentuan ranking tiap tahunnya beda. Dan beda itu bukan semakin mudah, tapi justru semakin sulit. Namun, tentunya kami akan tetap meningkatkan kualitas dalam proses pendidikan dan penelitian.”
Selain itu, menurut Navi, Webometrics juga bukan sekadar menentukan rangking website. Webometrics merupakan cerminan dari pengelolaan universitas pada bidang proses pengajaran, pendidikan, dan penelitiannya. Itulah poin penting pada penilaian Webometrics, imbuh Navi lagi, karena yang dilihat bukan bagus tidaknya atau mudah diaksesnya suatu website. Tetapi lebih pada bagaimana proses belajar mengajar dan seperti apa penelitian yang dihasilkan. “Itulah kemudian yang dimunculkan di website yang nantinya dinilai oleh Webometrics. Jadi yang terpenting adalah proses pendidikannya.”