Berita

Wujudkan Cita-cita, tidak Sekedar Berani Bermimpi

Untuk mewujudkan mimpi, seorang tidak hanya sekadar berani bermimpi. Berani menaklukkan ketakutan, segera melakukan aksi, dan menempatkan diri sebagai global citizen merupakan jalan dan proses panjang perlu dilakukan demi mewujudkan impian menjadi nyata.

Untuk mewujudkan mimpi, seorang tidak hanya sekadar berani bermimpi. Berani menaklukkan ketakutan, segera melakukan aksi, dan menempatkan diri sebagai global citizen merupakan jalan dan proses panjang perlu dilakukan demi mewujudkan impian menjadi nyata.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, Ph.D dalam Talkshow “Me and My dream” di Kampus Terpadu UMY, Minggu (25/4). Acara tersebut digelar oleh American Corner UMY dengan Bina Antar Budaya Chapter Yogyakarta.

Menurut Anies, ketika melanjutkan studinya di luar negeri, dirinya baru benar-benra menyadari bangganya menjadi orang Indonesia.  “Ketika berada di negara orang lain, baru terasa sekali betapa bangganya menjadi orang Indonesia dengan segala keragaman budayanya. Saat di luar negeri, selain jelas mempelajari bahasa asing, masing-masing dari kita menjadi tumbuh dan berkembang dan memiliki perasaan sebagai global citizen. Sebagai bagian dari global citizen, maka pemikiran kita pun semakin luas sehingga apa yang inigin dicapai pun pada tingkat yang lebih tinggi dan berskala internasional,” jelasnya.

Untuk mencapai kesuksesan meraih impian, seorang harus membuat time line yang berisikan cita-cita apa yang ingin diraihnya dan aksi apa yang dapat dilakukan untuk mencapai keinginan tersebut. “Jangan hanya berani bermimpi tapi tidak mengupayakan terealisasinya impian tersebut,” tegasnya.

Lebih lanjut, Ia memaparkan pengalamannya saat menuntut ilmu di luar negeri yang tentunya ada ketakutan. “Berada di tempat baru, pasti ada rasa takut yang dihadapi oleh sebagian besar mahasiswa yang sedang belajar di luar negeri. Untuk itu, saya menuliskan ketakutan apa saja yang saya rasakan dan dikirim ke asrama saya melalui pos. Selang beberapa waktu, saya hanya tertawa ternyata apa yang saya takutkan sudah lewat,” papar Anies. Baginya, ketakutan itu muncul, seorang pemimpi harus berusaha lebih keras lagi untuk menaklukkan ketakutan tersebut hingga berhasil melewatinya dan mencapai kesuksesan.

Ia juga menjelaskan untuk bisa mencapai kesuksesan, Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tinggi saja tidak cukup. “IPK tinggi mungkin akan menghantarkan para lulusan untuk mendapat panggilan wawancara. Namun ketika proses wawancara berlangsung, IPK tinggi tersebut tidak bernilai lagi jika lulusan tidak dapat menyampaikan pemaparan wawancara secara sistematis, termasuk tidak mampu menunjukkan kemampuan kepemimpinan dan ide lainnya,” tambah Anies.

Anies mengungkapkan saat ini Indonesia membutuhkan pemuda yang mampu mendorong pada terciptanya perubahan yang lebih baik. “Oleh karenanya, perguruan tinggi merupakan tempat untuk mencetak generasi yang dibutuhkan negara ini,” ujarnya. Selain itu, kemampuan menulis dan membaca juga perlu menjadi perhatian dan kebiasaan bagi para generasi pemimpin karena hal tersebut merupakan modal untuk meningkatkan wawasan.

Dalam acara tersebut hadir pula para alumni yang mendapatkan beasiswa dari Amerika dari beragam program beasiswa serta para pelajardan guru SMA Yogyakarta.