Berita

Wujudkan Ide Kota Inklusif, Dosen UMY Ciptakan Aplikasi JogjaLoop

Ide kota inklusif adalah sebuah konsep yang bertujuan agar semua warga memiliki akses yang sama dalam pemanfaatan kehidupan kota. Eko Priyo Purnomo S.IP. M.Si., M.Res., Ph.D dan Prof. Dr. Achmad Nurmandi M.Sc., Peneliti Jusuf Kalla School Government (JKSG) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan E-Governance and Sustainability Institute (ESI) Thailand berhasil menciptakan aplikasi ‘JogjaLoop’ yaitu sistem informasi transportasi umum terpadu berbasis Android dan IoS.

JogjaLoop memiliki tujuan untuk memberikan kemudahan bagi para pengguna wisata atau pelajar yang tidak mempunyai kendaraan pribadi khususnya di kota Yogyakarta. Lewat aplikasi tersebut, pengguna dimudahkan untuk mengetahui dan menggunakan jasa transportasi yang ada di kota Yogyakarta.

“Dengan penggunaan palikasi JogjaLoop ini, pengguna bisa mengetahui titik dimana pergerakan moda transportasi yaitu bus dan halte yang ada di kota Yogyakarta. Kebutuhan transportasi umum ini harus didukung oleh aplikasi agar para pengguna bisa lebih mudah mencari transportasi yang paling tepat untuk mereka. Selain itu, dalam proyek ini bertujuan untuk menerbitkan 2 jurnal internasional serta membuat prototipe model transportasi perkotaan cerdas yang inklusif, ” ujar Eko.

Sebagai daerah kota wisata dan juga kota pelajar, Yogyakarta tak dipungkiri sebagai salah satu kota yang memiliki mobilitas tinggi setiap harinya. Maka dari itu, dibutuhkan tata wilayah perkotaan dengan baik dan benar, salah satu unit terpentingnya adalah transportasi, untuk menunjang kegiatan wisata (baik untuk wisatawan lokal maupun asing), untuk berangkat bekerja, dan keseharian lainnya.

Kota Khon Kaen di Thailand dan Barcelona di Spanyol disebut sebagai rujukan dan perbandingan dalam penelitian pengembangan aplikasi JogjaLoop. Sebab, dua kota itu merupakan contoh sebagai kota yang saat ini terus berusaha mengembangkan diri sebagai sebuah kota pintar terkait dengan inklusivitas. Namun khusus dalam penelitian ini, menggunakan dua kota yaitu Khon Kaen dan Yogyakarta sebagai objeknya.

Hal senada disampaikan Nurmandi bahwa orang yang tinggal di kota bisa menjadi manusia yang lebih kompleks jika mereka belajar hidup dengan orang asing, menghadapi keragaman, masuk ke dalam pengalaman dan minat hidup yang tidak dikenal. “Yogyakarta dan Khon Kaen adalah kota besar yang mempunyai beberapa masalah perkotaan terkait inklusivitas seperti kemacetan dan tidak tersedianya transportasi perkotaan yang inklusif. Padahal, konsep atau ide kota inklusif ini dapat mengurangi kemiskinan, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kohesi internal kota,” sambung Wakil Rektor UMY Bidang Kerjasama dan Internasional itu.