Berita

Yudi Latif: Pancasila Jembatan Kemajemukan Indonesia

Berdasarkan sejarah, perumusan teks proklamasi dan juga Pancasila merupakan proses pengambilan keputusan yang mengikat seluruh peserta yang terlibat di dalamnya. Proses ini melibatkan seluruh perwakilan dari berbagai kelompok yang ada di Indonesia saat itu, namun yang paling menonjol di dalam perwakilan tersebut adalah kelompok Modernis Islam yang merupakan cikal bakal dari Muhammadiyah saat ini. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Yudi Latif MA PhD, dalam kuliah umum yang diadakan di ruang auditorium E7 Gedung KH Ibrahim Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Kegiatan yang berlangsung pada hari Kamis sore (15/3) tersebut mengangkat tema Islam dan Pancasila sebagai Inspirasi Maju Indonesia Kita, dan diselenggarakan dengan kerjasama antara Program Studi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik, Magister Ilmu Pemerintahan, Magister Ilmu Hubungan Internasional Pascasarjana, S1 Hubungan Internasional, Ahmad Syafi’i Ma’arif School of Political Thought and Humanity UMY dan UKP-PIP Republik Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut Yudi menyebutkan bahwa Pancasila merupakan sebuah jembatan yang mampu menghubungkan seluruh perwakilan yang ada di Indoesia. “Negara ini adalah contoh konkret untuk kemajemukan suatu bangsa, dan hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai wadah pertarungan untuk berbagai macam ideologi yang mewakili kemajemukan tersebut. Di sini kemudian Pancasila masuk sebagai sebuah perantara yang mampu menjadi ciri kebersamaan di tengah-tengah perbedaan yang ada,” ungkapnya.

Yudi menyebutkan bahkan dalam perumusan Pancasila, kelompok modernis Islam memiliki peran yang vital dalam pembentukannya. “Menurut saya kondisi Indonesia yang majemuk ini serupa dengan keadaan Madinah di zaman Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dimana saat itu kota Madinah tidak hanya dihuni oleh pemeluk Islam, namun juga oleh Yahudi dan Nasrani. Posisi Pancasila di sini serupa dengan Perjanjian Madinah yang memiliki karakteristik berupa keadilan yang menyeluruh bagi seluruh pihak yang terikat olehnya,” papar Yudi.

Lebih lanjut, Yudi menjelaskan bahwa Pancasila dan Islam memiliki titik temu dalam prinsipnya. “Suka atau tidak suka elemen terpenting dalam kesepakatan perumusan Pancasila berasal dari paham Islam modernis Muhammadiyah melalui keterlibatan berbagai tokoh seperti Ki Bagus Hadikusumo hingga Ir. Soekarno. Indonesia memang bukan negara Islam namun kita sepakat bahwa Indonesia merupakan negara religus, dan hal ini yang disepakati bersama oleh seluruh perwakilan saat itu dengan lahirnya sila pertama kita,” jelasnya.

Yudi menyebutkan bahwa Pancasila adalah prinsip yang diolah dan dirumuskan berdasarkan nilai-nilai yang berasal dari Indonesia, sehingga tidak ada pertentangan antara Pancasila dengan nilai-nilai Islam. (raditia)

Biro Humas dan Protokol